Mohon tunggu...
Dilbar Sarasvati
Dilbar Sarasvati Mohon Tunggu... PNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai -

Anak keturunan Manu yang sedang mencari siapa saya dan saya siapa http://kirakirademikian.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lingsir Wengi: Kesalahan Paradigma terhadap Tembang Jawa

11 Januari 2016   13:23 Diperbarui: 15 Juli 2016   14:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ana kidung rumekso ing wengi
 Ada nyanyian berkumandang di malam hari
Teguh hayu luputa ing lara
 Yang menjadikan kuat, selamat, terbebas dari segala penyakit
Luputa bilahi kabeh
 Terbebaskan dari segala petaka
Jin setan datan purun
 Jin setan pun tidak mau
Paneluhan tan ana wani
 Segala jenis teluh/ sihir tidak ada yang berani
Niwah panggawe ala
 Apalagi perbuatan jahat
Gunaning wong luput
 Guna-guna tersingkir
Geni atemahan tirta
 Api menjadi air
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
 Pencuri pun menjauh dariku
Guna duduk pan sirno
 Segala bahaya akan lenyap

Bagi yang mau mendengarkan Serat Mantrawedha lengkap, bisa klik disini. Jadi, dapat dilihat sendiri kan kidung diatas tidak lain dan tidak bukan berisi do'a keselamatan. Keselamatan dari apa saja. Sehingga, kidung ini cocok banget dilantunkan usai sembah Hyang malam. Supaya kita dapat melakukan koneksi dengan Tuhan Semesta Alam dalam lantunan nada yang indah dan menyentuh kalbu.

3.    Tembang Lingsir Wengi di Film Kuntilanak

Nah, ini adalah tembang lingsir wengi yang paling populer di masyarakat awam. Tembang ini dipopulerkan oleh Film Kuntlanak yang di-declare sebagai film ber-genre horor, tapi pada kenyataannya, entahlah. Di dalam film itu, tembang ini digadang-gadang bisa memanggil makhluk halus atau setan atau hantu atau sejenisnya atau derivatnya. Dalam beberapa sumber di internet, disebutkan bahwa tembang ini merupakan tembang macapat, yakni durma. Meski menurut analisis pribadi saya bukan. Salah satu alasannya adalah tidak terpenuhinya kriteria guru wilangan dan guru lagu tembang tersebut untuk disebut sebagai durma.

Lingsir wengi sliramu tumeking sirna (12a)
 Menjelang malam dirimu mulai sirna
Aja tangi nggonmu guling (8i)
 Jangan bangun dari tempat tidurmu
Awas ja ngetara (6a)
 Awas jangan menampakkan diri
Aku lagi bang winga winga (9a)
 Aku sedang dalam kemarahan besar
Jin setan kang tak utusi (8i)
 Jin dan setan yang kuperintah
Dadya sebarang (5a)
 Jadilah apa saja
Waja lelayu sebet (7e)
 Jangan membawa maut

Ini adalah lingsir wengi paling populer, tapi juga yang akhirnya membuat orang mempunyai pandangan yang salah terhadap tembang jawa secara umumnya, dan tembang lingsir wengi secara khususnya. Pandangan bahwasanya tembang-tembang jawa, terutama lingsir wengi adalah mistis.

Kalau mau dengar seperti apa tembangnya, atau kalau mau sekedar cuci mata karena ada Julie Estelle-nya, monggo klik disini.

Berdasarkan analisis saya diatas, guru wilangan dan guru lagu tembang tersebut adalah 12a, 8i, 6a, 9a, 8i, 5a, 7i. Sedangkan pakem guru wilangan dan guru lagu untuk tembang durma adalah 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i. Kesimpulannya, tembang tersebut tidak memenuhi kriteria untuk disebut durma. Meskipun, guru gatranya memenuhi pakem, yakni 7 gatra dan ada beberapa gatra yang memiliki guru wilangan dan guru lagu yang memenuhi pakem. Tetap saja pakem adalah pakem. Pakem memiliki sifat seperti atasan/ bos kita di kantor, dimana ketentuannya sebagai berikut:

  1. Pakem selalu benar, kita sebagai pujangga selalu salah.
  2. Jika pakem salah, kembali lagi ke aturan no.1.

Jadi, kalau masih ada yang menganggap tembang tersebut adalah durma. Yah, monggo mawon…

Kalau dari segi isi, tembang lingsir wengi ini memang terkesan agak seram karena ada gatra "Jin setan kang tak utusi", tapi perlu diingat juga kalau ada gatra"Waja lelayu sebet". Jadi kalau menurut saya pribadi, tembang ini bukan untuk memanggil makhluk halus dalam hal buruk dan memancing keburukan. Tapi lebih ke mangajak makhluk tadi untuk lebih bersinergi dengan kita manusia dengan tidak saling mengganggu dalam keburukan.

Kira-kira demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun