Kesehatan mental adalah kondisi ketika batin dan keadaan manusia dalam keadaan normal, tentram dan tenang. Bagi anak-anak sendiri kesehatan mental berpengaruh pada kehidupan sosial, perkembangan emosi, dan juga kesehatan fisiknya.Â
Oleh karena itu orangtua tidak boleh luput untuk selalu memperhatikannya supaya anak terhindar dari stres, susah mengendalikan emosi, bahkan tidak dapat berpikir, merasa, dan bertindak serta membuat keputusan dengan tepat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 5 anak mengalami gangguan mental.Â
Maka dari itu untuk memvalidasi keadaan tersebut guna meminimalisir gangguan pada kesehatan mental anak, Mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik UPI 2022 mengadakan sebuah penyuluhan atau sosialisasi kepada para orangtua yang biasa disebut juga dengan "parenting" (Pola Asuh Orangtua Pada Anak).Â
Parenting ini titik fokusnya adalah kesehatan mental anak, yang mana orangtua khususnya Ibu selaku Madrasah Pertama bagi anaknya belum memahami kesehatan mental anak juga memiliki dampak yang besar untuk tumbuh kembang sang anak. Para Ibu umumnya mengetahui jika kesehatan mental itu berkaitan dengan kejiwaan (gila) atau bahkan di kaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Hal itu sangatlah wajar sebab kesehatan mental memang banyak orang yang masih awam dalam memaknainya.Â
Sehingga dalam beberapa kali pertemuan di berbagai Wilayah Desa Cibogo Dusun Ciburial-Lembang, diharapkan penyuluhan ini akan mengubah pemikiran masyarakat khususnya Ibu-ibu bahwa kesehatan mental juga merupakan komponen penting di setiap kehidupan sehari-hari manusia mulai dari anak-anak hingga orangtua sekalipun.
 Program penyuluhan pertama dilakukan di Taman Kanak-kanak Ar-Roja kepada para orangtua murid pada tanggal 28 Juli 2022.Â
Setelah sebelumnya dilakukan observasi pada anak-anak yang usianya dari 5-6 tahun, dengan mengikuti proses belajar mengajar bersama Guru dan Tenaga Pendidik yang ada selama beberapa hari. Selain ke Taman Kanak-kanak Mahasiswa KKN-T UPI selanjutnya menyasar ke Majelis Ibu-ibu yang berisi Masyarakat dari RW 06 dan 13 yang berada di Desa Cibogo-Lembang.Â
Langkah yang sama pun dilakukan mulai dari observasi pada anak-anak hingga akhirnya penyuluhan pada Ibu-ibu, namun untuk anak-anaknya sendiri bukan lagi usia Taman Kanak-kanak (TK) melainkan sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) yang berusia 7-12 tahunan. Dalam praktek observasinya pun berbeda yakni, dengan metode permainan yang mengasah kamampuan berfikir dan pengendalian emosi pada anak.
Perbedaan metode belajar yang dilakukan pada anak-anak itu disesuaikan dengan usia mereka, sebab kemampuan menangkap informasi dan menanggapi intruksi anak yang di bangku TK dengan di SD jelas berbeda.Â
Anak-anak SD cenderung senang bermain sambil belajar, bahkan mendapatkan "reward" atas pencapaian mereka sehingga metode belajar dengan permainan (games) akan membuat mereka lebih tertarik dari sekedar mendengarkan materi saja.Â