Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Desa Hijau Terpencil, Minus Jaringan Internet

19 Mei 2022   16:20 Diperbarui: 19 Mei 2022   16:27 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Keluarga Besar Ayah saya menetap di Bukik Lambak. Hingga alm. Kakek saya dikuburkan di desa Bukik Lambak tersebut. Usut punya usut, dulu pemerintah berencana membuat bandara pesawat, namun sampai sekarang tidak terealisasikan. Saya pribadi sangat senang jika ide itu batal. Karena Bukik Lambak, sebuah surga terpencil yang luas dengan bentangan alam hijau tropis.

Hari lebaran waktu yang ditunggu semua orang untuk silaturahmi. Kami yang tinggal di "Baruah" atau didataran bawah mungka. Merasa cukup tertantang untuk mendaki ke Bukik Lambak. Bukik Lambak desa kecil di ujung Kecematan Mungka. Tempuh jarak puluhan km menggunakan motor dari Bateh Mungka. Mungka nama desa di Sumatera Barat

Mata pencarian warga pun bersumber dari ladang gambir, getah karet, dan sedikit sawah. Semua nya bergantung pada alam Bukik Lambak. Berjalannya waktu Bukik Lambak mengalami banyak kemajuan.  Mobil pun bisa  sampai ke Bukik Lambak. Lampu listrik pun sudah lama memerangi temaram hutan di Bukik Lambak. Namun masih dengan kondisi jalan yang prihatin. Jalanan beton yang pendek, membuat pengendara harus super hati -hati. Apalagi kalau hujan mengguyur, tanahnya yang juga dominan tanah liat, membuat jalanan licin, dan berlubang. Dan di tepian jalan kita akan menemui jurang dalam yang curam. Sungguh uji adrenalin menuju desa surga itu. 

Upaya warga Bukik Lambak untuk tetap bertahan di desa itu, sangat diancungi jempol. Karena selain akses perjalanan yang susah,tingkat sekolah sampai SMP, menyebabkan antusias melanjutkan ke jenjang SMA, masih sedikit. Sehingga banyak anak yang putus sekolah dan memilih untuk menikah di usia dini. 

Jika ingin melanjutkan kejenjang SMA, anak akan jauh dari orang tua dan mandiri ngekos di dekat sekolah di daerah Baruah. Seperti keponakan saya yang melanjutkan SMK di Guguak, dan bertemu orang tua sekali seminggu, dan membawakan bekal lauk untuk anak. 

Jaringan Internet masih minim


Mengenai Internet yang merupakan jaringan komunikasi global dan terbuka. Jaringan komunikasi tersebut akan menghubungkan jaringan komputer, hp atau media lainnya. Sulit sekali dibayangkan bagaimana dunia tanpa internet sekarang ini. Tapi hal sulit itu yang dialami orang Bukik Lambak. Mereka harus memanjat pohon atau mendaki bukit agar dapat satu atau dua garis jaringan telkomsel  sebagai media koneksi dengan saudara atau teman yang jauh.

Semoga ada upaya pemerintah memberikan tower jaringan internet untuk warga Bukik Lambak. Agar mereka bisa komunikasi dengan lancar. Serta pengaruh internet sangat berefek untuk kemajuan mindset dan aksi masyarakat, jika dilihat dari segi positifnya.


Oh ya, tadi saya dan Dayu ke Bukik Lambak lewat jalur Simpang Kapuak. Sebuah perjalanan yang luar biasa. Jalannya memang sudah diberi dasar tembok. Namun sudah rusak dan banyak bolong sana sini. Ditepi jalan jurang terjang, tidak ada rumah warga, sepi dan hanya suara burung-burung liar yang berkicau. Terkadang jejak kaki babi hutan pun kita temui sepintas di tepi jalan.

Keasrian Bukik Lambak sungguh berkesan. Hati pun jadi damai. Disana kita bertemu abah, nenek, dan keponakan ayah saya, yang sudah berkembang biak. Semoga diberi umur panjang dan kesehatan untuk kita semua.  A

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun