Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Orang Gila di Gang Buntu

21 Maret 2020   08:02 Diperbarui: 21 Maret 2020   08:04 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang gila di gang buntu

"Pak, kalau kos-kosan daerah sini dimana ya pak?" Ucapku dengan nada bertanya

Lelaki tua itu hanya diam dan malah menatapku begitu lama. Mungkin dia bisu ucapku. Lalu akupun meninggalkannya. Tumben kawasan ini sepi. Akupun melanjutkan perjalanan dengan tergesa-gesa sampai akhirnya bertemu dengan seorang pria yang sedang menyeruput kopi hitam di teras rumah, dan tanpa malu bertanya, aku mendekatinya, lelaki itu berdiri dan menunjukkan arah ke pagar yang bewarna hijau. "Itu neng, kos-kosan cewek, disini mah adanya kos-kosan cowok" ucapnya tanpa sadar gelas kopinya ikut dipegang

"Oh, terimakasih pak, untung masih banyak orang baik"
akupun membuka pagar tanpa keraguan dan berjumpa dengan sepasang kekasih yang sedang malam Minggu. Mereka kaget melihat kedatanganku. Seorang wanita berbaju hitam, kemudian jilbab hitam muncul dihadapannya. "Aku kira siapa" ucap lelaki berambut keriting itu

"Maaf mengganggu waktunya, saya mau cari kos-kosan kak, masih ada yg kosong ngk kak?" Jawabku dengan polos

"Hmm, ada deh kayaknya, kamu tunggu bentar ya" wanita berambut panjang itu berdiri dan langsung menghubungi bapak kos.

"Kata yg punya kos kamu bisa ngekos disini, tapi bayarnya besok aja. Kamu mau ngekosnya kapan?"

" Kalau bisa malam ini kak"
"Yaudah aku ambilin kunci kamarmu dulu ya
"Makasih banyak kak, "

Esok harinya perut saya lapar, dan mencoba menelusuri jalanan di gang. Ketika mau belok ke gang, saya kaget melihat lelaki parubaya tidur dibawah pohon dengan posisi badan tengkurap. "Ya Allah ini orang kenapa" ucapku yang masih kebingungan
 
Tak lama kemudian, seorang pedagang sayur lewat dan saya langsung bergegas mengejarnya. Bukannya menolong tapi si ibuk malah tertawa "neng dia itu udah sakit jiwa, jadi ngak usah didekatin"

"Aku kira dia sakit buk"
""Biarin aja neng, yang penting dia ngak ganggu siapa-siapa disini".
Akhirnya saya pun melanjutkan perjalanan mencari makan.Ketika perjalanan pulang dari warteg saya tidak menemui lelaki parubaya itu.

Setelah dua Minggu ngekos ditempat yang baru saya mulai beradaptasi dengan lingkungan dan beberapa orang sudah mulai saya kenali. Satu persatu saya bisa tahu jadwal datangnya penjual sayur, penjual es, dan penjual roti. Sekalian hari-harinya para waria mencari peruntungan sebagai biduan di keramaian pengunjung warteg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun