Mohon tunggu...
Diksi_Istimewa
Diksi_Istimewa Mohon Tunggu... A Learning

Keep Fighting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polemik Hari Santri dan Jasa Ponpes yang Terlupakan

16 Oktober 2025   18:43 Diperbarui: 16 Oktober 2025   18:43 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arah perjuangan santri pun dibelokkan menjadi agen perdamaian dan perubahan sosial versi sekulerisme, dan menjadi duta Islam Moderat yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Padahal santri adalah calon ulama, pemimpin umat Islam setelah tiadanya nabi. Bukan sekedar menjadi duta budaya, perdamaian, ekonomi, dll yang malah jauh dari fungsi sesungguhnya.

Mestinya bangsa ini bersyukur karena ada lembaga pesantren. Tidak setiap negara memiliki pesantren, bahkan hampir-hampir tidak ada kecuali di Indonesia saja.

Lembaga ini berjasa besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Apalagi di tengah rusaknya moral generasi penerus saat ini, dimana sekolah umum kurang mampu mewujudkan generasi yang sholih. Pesantren sangat dibutuhkan bangsa ini membentuk generasi yang kokoh dalam agama dan beramal untuk masyarakat.

Pesantren adalah pelopor kebangkitan. Diharapkan dari pesantren menjadi pelopor dalam mewujudkan kembali peradaban Islam sebagaimana tema Hari Santri 2025. 

Padahal mewujudkan kembali peradaban Islam adalah kewajiban setiap muslim, bukan hanya dari pesantren saja,  atau seruan dan narasi dari Menteri Agama.

Bagaimana peradaban keemasan Islam dahulu dapat terwujud, harus dipahami secara komprehensif. Pesantren adalah salah satu komponen penting yang berperan mewujudkannya. Namun tentu tidak bisa dibebankan kepada pesantren saja, karena untuk mewujudkannya butuh perjuangan dakwah politik Islam yang terarah dan berjamaah.

Bangsa ini masih berharap besar pada pesantren. Karena itu, lembaga ini harus dikembalikan lagi posisinya sebagai pencetak ulama dan pemimpin tangguh. Hal ini tak akan pernah terwujud tanpa ada rasa hormat dan menjunjung tinggi lembaga pesantren. 

Kasus boikot trans 7, dan kasus-kasus yang lainnya tidak akan pernah terjadi jika masyarakat dan negara paham akan pentingnya  pesantren untuk kemuliaan umat Islam.

Wallahu a'lam bishowab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun