Oleh: Tri S, S.Si
Stasiun televisi Trans7 menjadi sorotan tajam publik setelah program "Xpose Uncensored" yang tayang pada Senin, 13 Oktober 2025 kemarin. Tagar #BoikotTrans7 pun viral dalam berbagai platform media sosial, terutama X (sebelumnya Twitter), gegara tayangan dan narasi suara (voice over) yang dituding melecehkan Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri.
Berikut narasi dari Trans 7 yang memicu kemarahan publik:Â
"Kyai yang kaya raya tapi umat yang kasih amplop. Bukan hanya santri usia anak-anak tapi bapak-bapak pun ketemu kyainya masih ngesot untuk mencium tangan. Dan yang mencengangkan yang mencium tangan itulah yang kasih amplop. Netizen curiga nih bahwa bisa jadi inilah sebabnya kyai makin kaya raya, mobilnya mewah hingga harga miliaran sarungnya aja pun merek termahal dari harga kisaran Rp 400 ribuan sampai Rp 12 jutaan gitu deh. Satu keluarga sanak famili kecipratan duitnya padahal kalau kaya raya umatnya yang dikasih nggak sih? Tapi ya gimana ya dengan kasih amplop kepada kyai diharapkan bisa dapat berkah, kalau nggak ambil hikmahnya aja dah."
Banyak yang menilai bahwa tayangan tersebut memojokkan pondok pesantren (ponpes) dan menyebabkan kesalahpahaman di masyarakat.
Walaupun sudah ada permintaan maaf dari pihak Trans 7, ironisnya peristiwa ini sangat disesalkan terjadi jelang peringatan Hari Santri pada 22 Oktober mendatang.
Tak banyak yang tahu, peran pondok pesantren sangat besar di negeri ini. Hari Pahlawan 10 November tidak akan pernah ada tanpa peran kyai dan santri.
Belanda yang membonceng Inggris saat itu, tak pernah rela melepaskan jajahannya (Indonesia) yang telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Pemimpin tertinggi Inggris yang datang ke Surabaya, Brigjen Mallaby, sesumbar bahwa Surabaya pasti mudah dikuasai hanya dalam beberapa hari saja.
Kapal perang Inggris mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Tentu saja rakyat Indonesia sangat gusar dan tidak akan pernah mau dijajah kembali.