Mohon tunggu...
Andika Saputra
Andika Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Semua Tempat Adalah Sekolah Semua Orang Adalah Guru

Perihal Rasa Tidak Usah Terlalu Berkeluh Kesah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menanam Duka

29 Maret 2020   23:23 Diperbarui: 29 Maret 2020   23:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lidah-lidah tajam menggores di tepian tangan. 

Terluka hingga bersimbah darah sampai ke tanah. 

Entah kenapa lidahmu membabi buta. 

Hingga membuat semua terluka. 

Kata-kata indah berhiaskan permata di balut oleh belati berbisa. 

Sakit memang tak terasa. 

Tapi duka kian sampai ke dada. 

Ada apa kau begitu tega. 

Jika ada yang salah, mari kita bercerita. 

Sehingga tak harus menanam duka. 

Sesak terasa hingga ingin membalas luka. 

Tapi apa daya kami hanya segumpal yang kau anggap sampah. 

Kau bercanda atau sengaja. 

Sehingga begitu tega. 

Bengkulu,  29 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun