Dan ditopang oleh rakyat pekerja (nafsu).
Plato dan Rubik Takdir
Jika dihubungkan dengan analogi Rubik Takdir, Plato akan melihat Rubik yang kita pegang sebagai tiruan dari Rubik ideal yang berada di dunia ide.
Pandangannya:
Gerakan warna dan pola dalam hidup bukanlah wujud asli dari tatanan yang ada. Kekacauan yang tampak di dunia hanyalah hasil dari keterbatasan indera. Solusi sejati hanya mungkin dicapai bila manusia mengingat bentuk Rubik ideal yang sudah pernah dikenalnya --- bentuk yang tertanam dalam jiwa sejak awal penciptaannya.
Maka, menyusun kembali hidup berarti menyelaraskan kembali posisi jiwa dengan bentuk ideal tersebut.
Tanggapan terhadap Konsep Ruang dan Lauh Mahfudz
Plato kemungkinan besar akan melihat Lauh Mahfudz sebagai bentuk paling absolut dari dunia ide. Di sanalah segala hal tersusun sempurna sebelum termanifestasi dalam dunia fisik.
Plato bertanya:
"Bagaimana konsep ruang ini memungkinkan manusia untuk naik dan mengingat kembali bentuk-bentuk murni itu? Apakah akal memiliki jalur ke alam ide?"
Jawaban dari Konsep Ruang:
Jalurnya adalah wahyu. Wahyu tidak hanya memberi hukum moral, tapi juga menunjukkan bentuk atau geometri tertentu sebagai pengarah orientasi.
Contohnya adalah Ka'bah.
Ka'bah bukan sekadar bangunan fisik, tapi pusat koordinat spiritual yang ditunjuk langsung oleh wahyu. Dalam bentuknya yang sederhana --- kubus --- terkandung prinsip orientasi ruang yang menyatukan manusia dalam arah dan gerakan.