Seorang pemuda masih terpaku, menatap kemegahan dalam kegeraman. Hidup damai, tanpa kecemasan. Segala hal mampu diraih. Begitu lurus hidupnya, seolah tak ada rintangan.
Sayang, ia hanya dapat menatap. Tak mampu merasa. Mungkin tak adil baginya yang tergolong tak mampu, adil bagi mereka yang merasakan.
Sadarlah ia akan mirisnya kehidupan. Begitu banyak kecacatan. Amarah menggelora, disertai banyaknya pertanyaan akan keadilan hidup.
Maka inginlah dia, ingin mengejar semuanya itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!