Gak kerasa waktu udah nunjukin jam setengah lima sore, kerjaan si Nyong hanya mengotak-atik laptop acer yang umurnya udah tua... padahal dia dah bangun dari jam 1 siang namun masih terasa malas buat keluar kamar kostnya, saat ini si Nyong masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi swasta di yogyakarta, hampir 1 tahun setengah dia dah bebas teori (dah lulus semua mata kuliah yang harus ditempuh) dan sekarang masih juga berkutat dengan peyusunan proposal skripsi yang gak kerasa dah makan waktu hampir 3 semester. Nyong adalah tipikal orang yang sangat menyukai tantangan untuk menjadikan tim kesayangannya juara di game fantasi football manager, Nyong pernah berujar Football Manager (FM) adalah prioritas sedangkan skripsi hanya sambilan (mantap bener pilihan filosofinya). Dari sejak bangun tidur tadi, rutinitas yang dilakoninya hanya minum air putih secukupnya menyalakan sebatang rokok LA kemudian menyalakan laptop dan mulai ngincer sebuah ikon shortcut yang bertuliskan FM dengan gambar seorang manager kemudian mulai menelusuri fitur game tersebut sambil merumuskan strategi-strategi buat tim kesayangannya. Nah setelah capek merumuskan strategi si Nyong mulai ngerasa laper (teorinya : laper bisa muncul disebabkan oleh kekalahan-kekalahan yang diderita oleh tim kesayangannya), "laper adalah sebuah keadaan tubuh yang tidak bisa dikompromi"begitu ujarnya (kalo yang ini sepakat bos). Meluncurlah ia dengan kendaraan fir`aunya mensweeping setiap warung yang dilewatinya. Nyong juga punya selera makan yang pilih-pilih (ia adalah pendiri kelompok pecinta jengkol se-jogja, dan cita-citanya punya restaurant yang seluruh menunya berbahan dasar jengkol). Laper dah lewat nah sekarang waktu yang ditunggu-tunggu yaitu kembali mengulang merubah strategi di FM (....huft cape deh) hal ini bisa terjadi sampe waktu subuh dan Nyong mengakhirinya dengan menonton serial kartun spongeboge sampe ia terlelap dan menjalani seperti biasa rutinitasnya... begitulah gambaran fiksi tentang seorang Nyong.
saat kita mencoba memberikan analisis terhadap realita di atas maka kita hanya bisa berujar betapa ironi kehidupan mahasiswa yang katanya digadang-gadang sebagai agen perubahan, tapi apakah realita tersebut pernah kita alami? terkadang kita sendiri tidak memperhatikan apa yang kita lakukan di setiap pergantian waktu dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun. sudah mampukah akal kita memaknai setiap momen di pergantian waktu tersebut?...ahh mari kita kembalikan pertanyaan tersebut ke diri kita...