Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Selain Sindang Barang, Ada Puluhan Situs di Pasir Eurih

4 April 2017   21:56 Diperbarui: 5 April 2017   23:00 3998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Batu Tapak di Kampung Cileu'eur, Desa Sukaresmi, perbatasan dengan Desa Pasir Eurih

Batu Karut 1 tampak depan
Batu Karut 1 tampak depan
Batu Karut 2 terletak persis depan rumah keluarga Pak Ade
Batu Karut 2 terletak persis depan rumah keluarga Pak Ade
Batu Kursi, Batu Meja dan Batu Perosotan yang Hilang

Sekitar 500 meter berlawanan arah dariBatu Karut 1, kami menemukan Batu Kursi. Batu sepanjang 2 meter dengan tinggi 1 meter yang berbentuk kursi ini, berada di halaman rumah Ibu Elsa. Syukurlah, ada penjaganya dan kami diijinkan masuk. Menurut Ibu Maryam, adik Ibu Elsa yang kami temui hari itu, batu ini hampir dipindahkan untuk dijadikan milik pribadi. Namun, pemilik rumah dan warga sekitar menolak.  Di depan rumah tersebut terdapat batu datar yang disebut Batu Meja. Batu ini berada persis di pinggir jalan. Kalau tidak ditunjukkan, kami tentu akan terlewat melihatnya, karena bentuknya sekilas tampak seperti batu-batu gunung pada umumnya.

Ibu Maryam mengatakan, dulu di tebing di sisi Batu Meja sekarang, ada tebing batu yang berbentuk perosotan alami. Ibu Maryam menghabiskan masa kecilnya bermain di perosotan alami ini bersama teman-temannya. Kami tidak mengukur tinggi tebing ini, tetapi tampaknya cukup tinggi. Bisa dibayangkan asyiknya bermain meluncur di perosotan alami ini. Sayang sekali sekitar akhir tahun 1990-an, batu ini “hilang” dihancurkan untuk menjadi bahan bangunan.

Batu Karut 2

Tak jauh dari Batu Kursi, kami melanjutkan perjalanan menuju Batu Karut 2. Batu ini tertutup seprai yang dijemur ketika kami pertama melihatnya. Letaknya di tanah milik Pak Ade. Mengitari sisi batu, baru terlihat betapa besarnya batu ini. Panjangnya sekitar 4 meter dengan tinggi 2.5 meter. Letaknya persis depan pintu rumah keluarga Pak Ade.

Melihat Batu Karut 2dan Batu Kursi berada di tanah pribadi, saya mengagumi kesabaran keluarga-keluarga ini. Tentunya mereka berulangkali diketuk pintunya oleh pengunjung seperti kami yang penasaran ingin melihat batu.


Batu Kursi (kiri) dan Batu Meja (kanan)
Batu Kursi (kiri) dan Batu Meja (kanan)
Mistis di Batu Tapak

Penasaran dengar cerita Pak Kumang, pemilik warung dekat Batu Karut 1, kami memutuskan untuk naik ojek ke desa tetangga. Batu Tapak terletak di Kampung Cileu’eur, Desa Sukaresmi. Menuju ke lokasi ini, kami menyebrangi aliran Sungai Ciapus. Konon kalau hujan deras dan banjir, jalan ini tidak bisa dilewati, sehingga warga harus memutar cukup jauh. Menuju ke kampung ini, kita akan melewati jalan sempit yang cukup hanya untuk 2 motor berpapasan dengan jalan yang sudah diperkeras beton. Sisi tebingnya tertutup kerimbunan pohon bamboo dan tutupan semak belukar. Sangat menarik!.

Menyeberangi sungai untuk menuju ke situs Batu Tapak
Menyeberangi sungai untuk menuju ke situs Batu Tapak
Batu Tapak terletak di sisi aliran sungai kecil. Sudah ada penanda situs di sini. Letaknya di sisi 3 air pancuran yang katanya adalah mata air, tempat warga mengambil air. Ada sepasang tapak kaki manusia tercetak di batu. Namun bentuknya tidak terlalu jelas. Ketika kami ukur, panjang tapaknya yaitu 30 cm dengan lebar pertapak 13 cm.

Batu Tapak terletak di sisi aliran sungai dan mata air
Batu Tapak terletak di sisi aliran sungai dan mata air
Kami mendengar cerita mistis di sini. Ibu berumur sekitar 60 tahun yang kami temui di pancuran, bercerita kalau menantunya pernah mengambil batu di seputar Batu Tapak untuk dijadikan pondasi rumah. Setelah itu, selama tiga minggu menantunya menjadi kacau, seperti orang gila. Pergi ke berbagai dukun tidak sembuh Akhirnya batu dikembalikan dan ia berobat lagi. Syukurlah sembuh. Kebenarnnya? Wallahu alam, hanya Tuhan yang tahu.

Di seberang Batu Tapak, kami melihat susunan batu mirip gua. Kata Pak Yanto yang mengantar kami, lokasi ini sering dijadikan tempat bertapa. Pak Yanti yang pertama kali ke tempat ini mengatakan, tempat ini masih angker. Baiklah…..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun