Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Benarkah, Dongeng Kancil Mencuri Mentimun, Membuat Indonesia Banyak Koruptor

2 Oktober 2025   20:34 Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koruptor sedang membawa uang dollar hasil Korupsi didepan pengadilan. Koruptor pakai jas dan dasi karena orang terpandang. Sumber dok

Di pinggir hutan, seorang petani menanam banyak sekali mentimun. Mentimun-mentimun itu tumbuh subur, hijau, dan ranum. Melihat itu, kancil menelan ludah.

"Hmm... segarnya mentimun itu! Kalau aku bisa makan, pasti perutku kenyang sekali," pikirnya.

Malam hari, ketika petani tertidur, kancil masuk ke kebun. Ia melompat, mengendap-endap, lalu menggigit mentimun yang segar.
"Wah, manis sekali! Besok aku datang lagi!" serunya sambil berlari pulang.

Namun, lama-kelamaan petani curiga. Setiap pagi, banyak mentimun hilang.
"Siapa pencuri ini? Besok akan aku pasang perangkap," kata petani kesal.

Keesokan malamnya, kancil datang lagi. Ia tidak tahu bahwa di kebun sudah dipasang orang-orangan sawah yang dilumuri getah lengket.
"Wah, ada orang di kebun ini? Hihihi, aku tidak takut!" kata kancil. Ia menghampiri orang-orangan itu dan menyapanya,
"Hai, siapa kau? Kenapa diam saja? Kau marah padaku ya?"

Orang-orangan itu tentu saja tidak menjawab. Kancil makin kesal.
"Kalau kau diam, akan kupukul kau!" teriaknya.

Kancil menendang orang-orangan itu. Tetapi kakinya malah terjebak di getah lengket! Ia mencoba melepaskan dengan tangan depan, lalu tangan belakang, tetapi semuanya ikut lengket. Akhirnya tubuh kancil menempel dan tidak bisa lepas.

Pagi harinya, petani datang dan tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha! Ternyata kau pencurinya, kancil licik! Sekarang kau tidak bisa lari lagi!"

Kancil bergetar ketakutan. Tapi ia cepat berpikir. Dengan suara lirih ia berkata,
"Pak Petani, jangan hukum aku. Lebih baik lemparkan saja aku ke sungai. Aku tidak tahan air, aku akan mati tenggelam..."

Petani berpikir, "Oh, begitu? Kalau kubuang ke sungai, dia akan mati. Bagus!"
Tanpa ragu, petani melemparkan kancil ke sungai.

Begitu masuk air, kancil justru berenang dengan lincah sambil tertawa.
"Hahaha! Terima kasih, Pak Petani! Air adalah sahabatku! Lain kali jangan mudah ditipu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun