Mohon tunggu...
Didin Kamaludin
Didin Kamaludin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam di UIN Siber Syekh Nur Jati Cirebon

Saya merupakan seseorang yang sedang dalam perjalanan terpanjang, menuju tempat terdekat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Calon Presiden Ideal untuk Indonesia Maju dalam Perspektif Plato dan Aristoteles

15 Desember 2023   22:25 Diperbarui: 16 Desember 2023   00:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tahun 2024, merupakan momentum dimana masyarakat Indonesia merayakan pesta demokrasi dengan menyalurkan hak pilihnya untuk memilih calon presiden. Faktanya, indonesia membutuhkan Presiden Ideal untuk menyambut Indonesia Emas pada tahun 2045. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan sosok Presiden yang visioner dan mampu menghadapi dinamika zaman.

Berbicara tentang Presiden Ideal, berarti kita sedang membicarakan Pemerintahan yang Ideal.

Lalu, apa pemerintahan yang ideal itu? Apakah pemerintahan yang ideal itu adalah pemerintahan yang mempunyai presiden yang visioner dan mampu menghadapi dinamika zaman saja?, atau juga pemerintahan yang mempunyai Presiden jago debat?. Saya katakan tidak, dalam Filsafat, segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas atau tindakan manusia selalu berorientasi pada tujuan kebaikan/etika kebaikan. 

Polis adalah persekutuan dalam sebuah komunitas politik yang lebih besar, maka sewajarnya politik harus mengejar kebaikan  tertinggi manusia sebagai tujuan. Politik merupakan kedaulatan tertinggi bagi semua kebaikan. 

Politik adalah sistem tata hidup bersama dalam polis yang tunduk pada etika kebaikan sekaligus puncak kesempurnaan bagi manusia atau warga negara. Politik sangat berkaitan erat juga dengan etika, dan etika menemukan wujud dirinya yang tertinggi melalui politik, dan politik harus mendasarkan dirinya pada etika dalam membangun pondasi keseluruhan sistem di dalamnya.

Tokoh dalam filsafat yang terkenal, yaitu Plato dan Aristoteles memiliki kesamaan pandangan bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan. Keduanya juga mirip dengan mengatakan bahwa mencapai kebaikan hidup atau kebajikan hidup adalah sarana sekaligus inheren di dalam rumusan kebahagiaan. 

Bedanya, Plato menekankan bahwa mekanisme yang harus kita tempuh untuk mencapai Virtue / kebajikan adalah dialektika untuk menemukan forma ide kebaikan. Aristoteles menambahkan perilaku yang bermoral (action morally) dalam merumuskannya. Lalu, apa saja aspek bermoral menurut aristoteles?.

Menururt Aristoteles, seseorang bisa disebut bertindak sesuai dengan nilai moral adalah ketika ia bermaksud membawa kebaikan kepada orang lain. Orang yang berada di bawah paksaan atau dia tidak memiliki pemahaman yang mendasari tentang apa yang dia lakukan, maka dia tidak disebut melakukan tindakan bermoral. Jadi, di dalam tindakan bermoral harus mencakup kesadaran perilaku tanpa paksaan dan bekal pengetahuan  yang menjadi pijakan.

Dari penjelasan di atas, ada dua poin penting yang bisa kita garis bawahi tentang aspek tindakan bermoral menurut Aristoteles. Pertama, moral harus muncul dari kesadaran diri atas pilihan. 

Untuk menjadi bermoral, seorang individu tidak boleh hanya memiliki kekuatan kehendak semata, tapi harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam memberikan penilaian tentang sesuatu. 

Ajaran etika Aristoteles yang berkaitan dengan persoalan di atas adalah doktrin terkenalnya tentang jalan tengah. Manusia bermoral adalah manusia mengikuti jalan tengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun