Pram bahkan hampir menghabiskan seluruh masa produktif hidupnya di penjara karena pandangan politiknya berseberangan dengan penguasa. Sementara Thukul bahkan hingga hari ini tidak juga ketahuan nasib dan rimbanya, setelah pada 1998 dikabarkan hilang, diculik penguasa.
Apa yang terjadi pada nasib Pram dan Thukul, sedikit banyak tentu membuat ketar-ketir seniman-seniman lainnya. Bukan tidak mempunyai nyali, namun, represi dan intimidasi yang dilakukan, seringkali tidak hanya menyasar pada dirinya sendiri, namun juga keluarga dan orang-orang di lingkarannya. Ketika Thukul masih menjadi buron penguasa, tidak jarang Sipon, istrinya, juga mengalami intimidasi dan represi.
Hingga banyak seniman pun mencoba menyisipkan kritikan-kritikannya melalui simbol-simbol dalam karya-karyanya. Meski, banyak pula yang memilih jalan aman, tiarap, berkesenian hanya sekedar memberikan hiburan. Toh, tentu saja, ini menjadi beban moral tersendiri bagi mereka, menjadi mimpi buruk yang terus menghantui.Â
Humor: Sebuah Alternatif
Beruntung bagi mereka yang mempunyai bakat humor dalam menuangkan karyanya. Dalam berkesenian, mereka masih bisa dengan leluasa menyisipkan kritik-kritik yang disajikan sebagai humor.
Humor sebenarnya dapat menyelisip dalam kesenian apa saja. Baik pada teks (sastra), gambar (komik, poster, karikatur, mural) ataupun pertunjukan. Namun demikian, seni pertunjukan agaknya menjadi ruang yang lebih banyak memberikan kebebasan. Â
Dalam seni pertunjukan, biasanya kritik yang disampaikan melalui humor dapat lebih mengena. Audien, bahkan pihak yang dikritik itu sendiri, dapat menikmatinya, meski sadar dirinya sedang berada pada pihak yang diserang. Bahkan yang diserang seperti tidak punya keberdayaan untuk menangkis serangan.
Demikianlah. Namun bagaimanapun, kritik dalam karya seni, bagi seniman adalah sesuatu yang tidak asing lagi. Bahkan dapat menjadi suatu kewajiban bagi seniman untuk menyisipkan kritik dalam setiap karya seninya.
Hal ini senada dengan apa yang pernah disampaikan oleh seorang presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dalam sebuah pidatonya bahwa (salah satu) fungsi puisi (atau kesenian secara umum) adalah untuk mengingatkan keterbatasan dan tanggung jawab manusia terhadap kekuasaan yang diembannya. Kennedy yang sayangnya juga berakhir tragis dalam hidupnya.
Salam.
Simak juga artikel-artikel KBC-43 menarik lainnya:
Kisah-kisah Abu Nawas yang Masih relevan Hingga Sekarang
"Now You See Me", Kisah tentang Empat Penunggang Kuda