Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan, Saatnya Memvaksin Diri dengan Iman & Takwa

27 April 2020   21:37 Diperbarui: 27 April 2020   21:47 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: tribunnews.com

Mungkin puasa Ramadhan merupakan ibadah yang paling berat bagi umat Islam. Bagaimana tidak berat? Dari pagi hingga sore hari, kebutuhan-kebutuhan dasar untuk bertahan hidup: makan dan minum setidaknya, mesti ditahan kurang lebih dua belas jam atau sehari penuh. 

Belum lagi pada malam hari, meski tidak diwajibkan sebagaimana menahan makan dan minum pada siang hari, pada malam harinya umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti dengan melakukan shalat tarawih dan witir. 

Dan hal ini mesti dijalani satu bulan penuh, dari awal hingga akhir Ramadhan. Maka wajar kiranya, jika Allah pun mengiringi perintah berpuasa, dengan janji-janji pahala yang begitu besar. 

Segala amal dilipatgandakan pahalanya. Bahkan tidurnya orang yang sedang berpuasa, akan dihitung sebagai ibadah pula. Belum lagi bonus lailatul-qadar, yang bahkan disebutkan pahala beribadah pada malam lailatur-qadar lebih besar daripada pahala beribadah seribu bulan.

Namun, puasa Ramadhan bukanlah soal untuk mendapatkan segala pahala yang ada. Puasa Ramadhan adalah salah satu tahapan yang mesti dilalui untuk mencapai derajat ketakwaan. Puasa merupakan salah satu ujian ketakwaan. Karenanya, ibadah puasa Ramadhan, tidaklah diperuntukkan untuk semua orang. 

Allah tidak menyeru puasa Ramadahan sebagaimana seruan untuk memakan makanan yang baik yang Ia sampaikan untuk seluruh umat manusia (Alquran 2:168). Puasa Ramadhan, Allah serukan hanya kepada orang-orang yang (telah) beriman. Karena hanya orang-orang yang telah mencapai level berimanlah yang dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. 

Takwa: Menjadi Hamba yang Patuh Sepenuhnya

Beriman berarti  (mau) mempercayai Allah, mempercayai apa yang ditetapkan oleh-Nya. Sedangkan takwa adalah posisi di mana manusia sebagai seorang yang beriman, dapat berserah diri sepenuhnya kepada Allah, menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Keimanan dan ketakwaan adalah persoalan bagaimana kita dapat menundukkan ego kemanusiaan kita terhadap-Nya. Di mana seringkali banyak hal yang (seperti) bertentangan dengan ego kita, dengan akal pikiran kita, namun saat itu kita mesti mempercayai dan menerimanya dengan sepenuhnya. 

Beriman adalah mengakui bahwa ketidakmampuan kita menerima hal-hal yang tidak bisa diterima oleh akal kita, semata karena keterbatasan akal kita untuk memahami, untuk menerimanya. Bahwa di atas kebenaran akal kita, ada kebenaran hakiki yang tidak bisa kita bantah, yaitu ketetapan, perintah dan larangan-Nya yang telah termaktub dalam kitab suci-Nya ataupun disampaikan lewat para nabi dan rasul sebagai utusan-Nya.

Toh, bukan kemudian kita tidak bisa berbuat apa-apa. Justeru Allah memberikan akal kepada kita, agar kita mampu untuk terus berusaha memahami apa-apa yang tersampaikan kepada kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun