Mohon tunggu...
Dicky CahyaGobel
Dicky CahyaGobel Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Mencari tahu dalam ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PMII 61 Tahun: Paradigma dalam Tradisi Gerakan

18 April 2021   21:05 Diperbarui: 21 April 2021   12:41 10798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri-Pelatihan Aksi

Sejatinya paradigma ini muncul dikarenakan adanya restrukturisasi yang dilakukan oleh Orde Baru telah menghasilkan format politik baru. Sehingga, hal inilah yang memaksa PMII untuk bisa menciptakan solusi dari situasi sosial-politik nasional yang dimana negara sudah menjadi super power. Yang pada gilirannya menindas rakyatnya sendiri. Lebih-lebih tujuan dari pola yang diterapkan melalui paradigma ini ialah sebagai bagan dari pendidikan politik masyarakat demi terwujudnya civil society yang lahir dari individu-individu yang bebas dan kreatif sebagai hasil dari liberasi dan independen.

Selanjutnya, Paradigma PMII mengalami transformasi. Pada prinsipnya perubahan paradigma ABMP ke Paradigma Kritis Transformatif tidak jauh berbeda. Hanya saja lebih menitik beratkan pada teori-teori kritis intelektual muslim dan dipadukan dengan pemikiran Filosofis Mazhab Frankfurt. 

Beberapa alasan yang meliputi lahirnya paradigma ini adalah : Terbelenggunya masyarakat Indonesia dengan budaya kapitalisme yang cenderung merusak tatanan nilai kultural, tindakan pemerintah yang cenderung represif dan otoriter dengan pola hegemonik serta kuatnya belenggu dogmatisme agama, yang konsekuensinya agama menjadi kering dan beku, bahkan tidak jarang agama justru menjadi penghalang bagi kemajuan dan upaya penegakan nilai kemanusiaan. 

Permasalahan yang dialami masyarakat kota tidak bisa dilepaskan dengan situasi dan kondisi yang meliputinya. Contohnya: menjadi masyarakat kota berarti menjadi masyarakat industri. Ini merupakan konsekuensi logis. Artinya, bila membicarakan masyarakat kota maka dengan sendirinya akan mengarah pada yang namanya industrialisasi. 

Industrialisasi merupakan proses perubahan situasi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat yang diakibatkan adanya kenaikan sektor industri. Lalu apa permasalahannya?; Banyak. Dengan adanya proses industrialisasi maka tatanan sosial masyarakat dengan ragam nilai budayanya akan perlahan terkikis habis, bahkan ditingkat tertentu akan terjadi kesenjangan sosial. Pengangguran misalnya.

Dalam ilmu ekonomi, proses industrialisasi juga bisa memunculkan yang namanya inflasi. Inflasi erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Bila tenaga kerja dalam perusahaan sudah tidak lagi diperlukan (dengan alasan kebutuhan perusahaan), maka imbasnya akan terjadi yang namanya pengangguran. Dan jika ini dibiarkan tanpa adanya strategi dalam menanggulanginya, bisa mengakibatkan ekonomi di wilayah tersebut akan melemah dan tentu hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan, sementara yang lain melarat.

Dalam PKT (Paradigma Kritis Transformatif), PMII melihat ini sebagai suatu permasalahan yang muncul akibat tidak adanya kebijakan dari pemerintah yang berfungsi sebagai kontrol atau bahkan bisa menanggulangi masalah tersebut. 

Paradigma ini dijadikan sebagai pisau analisa dalam menafsirkan realita sosial yang ada. Paradigma ini mulai diperkenalkan pertama kalinya pada periode kepengurusan sahabat Saiful Bahri Anshari, yang mengidealkan sebuah bentuk perubahan dari semua level kehidupan (ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dll). Dengan adanya konsep berpikir seperti ini, kader-kader PMII bisa turut andil dalam melihat bahkan berdiaspora dan memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi di tengah permasalahan masyarakat yang ada.

Mungkin di dalam tulisan ini tidak akan menjelaskan mengenai paradigma PMII secara utuh. Sebab, dengan keterbatasan kemampuan dalam menguraikannya, saya pun menyadari bahwa paradigma PMII harus dimaknai sebagai kerangka analisa yang bisa mengarahkannya untuk dapat memecahkan akar masalah. Tidak hanya sampai disitu, menjadi seorang kader PMII, juga dengan sadar memahami bahwa paradigma PMII merupakan sebuah keniscayaan dan juga bagian yang urgen dalam memilih ber-PMII.

Kondisi masyarakat kota dengan segala masalah dan kerumitannya juga merupakan bagian dari entitas yang selalu hidup dalam nafas perjuangan PMII. Dengan status kader yang terlahir dari wadah PMII di wilayah yang dalam tahap menuju masyarakat industri, tentunya selalu berharap lebih pada gerakan PMII yang bisa menjadi wadah dalam gerakan emansipasi, menciptakan solusi, hingga melahirkan revolusi sosial yang berkeadilan kedepannya. 

Dengan sadar akan adanya implikasi dari industrialisasi yang menjadi momok buat masyarakat kota, maka PMII dengan modal dogma teologi ke-Aswaja-anNya, kerangka paradigmatiknya, hingga Nilai Dasar Pergerakan yang menjadi landasan berpikir dan berpijaknya, dapat memberikan solusi untuk masyarakat di semua elemen, khususnya mereka yang dimarjinalkan, ditindas oleh pemangku kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun