Mohon tunggu...
Dicky Firmansyah
Dicky Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Bisnis Manajemen Syariah Institut Tazkia

Repetition is the mother of perfection.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Membangun Profesionalisme Nazhir Berbasis Kompetensi dan Pendidikan Karakter

22 Oktober 2019   21:54 Diperbarui: 22 Oktober 2019   22:00 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tujuan wakaf adalah manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak masyarakat dan asetnya dapat terus terjaga. Untuk itu, salah satu kompetensi dalam hal ini yang harus dimiliki seorang nazhir profesional adalah kemampuan analisis bisnis yang baik. Ketika nazhir mampu menganalisis bisnis, harta wakaf dapat diproduktifkan melalui bidang bisnis yang menghasilkan profit tinggi dan minim akan risiko. Artinya, dengan profit yang tinggi tersebut, nazhir dapat menyalurkan kepada lebih banyak mauquf alaih. Sehingga wakaf tersebut menjadi sangat produktif.

Di dalam manajemen resiko memuat beberapa hal untuk dipelajari termasuk akibat yang akan terjadi dimasa depan pada pengelolaan wakaf. Apabila resiko tidak diantisipasi maka dapat menyebabkan kerugian dan bahkan akan mengakibatkan kehilangan asset wakaf. Oleh karena nya penting dilakukan terkait manajemen resiko pada lpengelolaan wakaf agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan baik saat pengelolaan maupun di masa yang akan datang. Manajemen risiko masuk ke dalam poin penting dalam Waqf Core Principle yang diinisiasi oleh Badan Wakaf Indonesia, BI dan Islamic Development Bank tahuun 2018 lalu.

Kemampuan membuat program berkelanjutan menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki nazhir profesional. Bukan saja program yang bersifat charity namun program yang memiliki jangka waktu lama. Itulah inti dari wakaf yang produktif.

Manajemen keuangan harus dimiliki oleh nazhir sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki. Hal ini termasuk ke dalam asas profesionalisme manajemen di mana terdapat butir transparansi dan accountability Ketika Nazhir mampu mengatur keuangan harta wakaf dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil kedepannya secara bijak.

Selain kompetensi yang harus nazhir miliki, ternyata ada hal lain yang juga penting untuk nazhir. yaitu karakter yang baik. Karakter yang baik menjadi hal penting kedua yang harus dimiliki oleh nazhir. Kita sudah sering melihat suatu lembaga usaha yang sering mengadakan training skill namun mengesampingkan pendidikan karakter. Sehingga akibatnya walaupun SDM handal dalam mengelola usaha, tapi karena karakter yang buruk mengakibatkan terjadinya tindakan penyimpangan seperti markup anggaran, korupsi, dan sebagainya. Bagaimana jikalau hal tersebut terjadi kepada nazhir wakaf?. Jikalau hal ini terjadi, maka pengelolaan wakaf tidak akan menghasilkan secara maksimal.

Berdasarkan hasil laporan yang diambil dari World Bank Group, INCEIF, and ISRA Report yang terbit pada Mei 2019 lalu, sifat kredibilitas atau sifat amanah menjadi tantangan pertama pada nazhir wakaf di Malaysia. Maka dari itu, diperlukan sekali nazhir-nazhir yang profesional, yakni nazhir yang punya kemampuan handal dan karakter yang baik. Artinya dalam hal ini nazhir membutuhkan keduanya sekalgus dalam pelaksanaan pengelolaan wakaf. Jikalau kita kembali ke sejarah, terdpat sosok leader profesional dalam segala bidang yang dapat dijadikan contoh dalam hal pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan wakaf. Teladan tersebut sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(QS. Al-Ahzaab: 21)

Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya Prophetic Leadership Management memberikan suatu solusi dalam membangun SDM yang baik dari sisi karakter. Sebuah usulan konsep dasar (fundamental) yang menjadi pondasi pengembangan profesionalisme melalui internalisasi sifat-sifat Rasulullah SAW yang dapat digunakan sebagai konsep pendidikan karakter untuk nazhir.

Keempat sifat yakni kejujuran (shiddiq), tanggung jawab (amanah), komunikatif (tabligh), dan sikap cerdas (fathanah) dikolaborasi secara komprehensif dan integral berbasis suri tauladan Rasulullah SAW. Ketika diterapkan kepada diri nazhir diyakini dapat menjadi dasar terbentuknya nazhir profesional yang handal dari segi kemampuan dan baik dari segi karakter

Menurut Muhammad Syafii Antonio, prinsip shiddiq mengacu pada integritas yang menghasilkan keunggulan pribadi. Sifat shiddiq dapat diimplementasikan melalui nilai-nilai yaitu : tauhid, jujur, sabar, dan berorientasi halal.

Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting yang harus dimiliki untuk membangun profesionalisme nazhir. Seorang nazhir yang jujur dan memiliki integritas tinggi akan menciptakan rasa kepercayaan masyarakat dalam berwakaf. Sebaliknya ketidakjujuran nazhir akan berdampak pada hilangnya rasa trust kepada lembaga wakaf yang menyebabkan berkurangnya pendapatan terhadap wakaf. Kejujuran ini juga akan menciptakan rasa kepercayaan antar sesama nazhir sehingga menjauhkan dari sifat suuzhon (prasangka buruk).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun