Mohon tunggu...
Serigalapemalas
Serigalapemalas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nihilistik

Penulis pemalas yang nggak suka-suka amat menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bagaimana Cara untuk Membuat Klub Indonesia Berjaya di Kompetisi Asia?

1 Februari 2020   18:50 Diperbarui: 1 Februari 2020   21:13 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image source: Kompas.com

Mungkin sudah saatnya suporter Indonesia untuk tobat total dengan harapan rapuh menjadi juara liga 1. Pun, Mereka juga perlu memahami bahwa pemain bintang berbanderol milyaran bukan jaminan prestasi klub di kancah Asia. Sebab, ada skala prioritas yang terabaikan, baik oleh manajemen klub maupun karena keegoisan suporter itu sendiri.

Secara kasat mata, masih banyak klub Indonesia yang belum mencapai level professional. Bahkan klub besar dan dinilai mumpuni secara finansial sekalipun, masih kalah jauh baik dari segi prestasi maupun fasilitas dari klub tetangga.

Hal ini semakin diperburuk oleh perilaku suporter yang terlalu mengedapkan gengsi dan sejarah masa lalu yang kusut, semrawut nan kusam berbentuk harga diri yang ditinggikan.

Sehingga, jadi juara instan merupakan tujuan yang harus dicapai demi memuaskan gengsi semata. Tanpa memperhatikan dampak pada performa klub di kancah kejuaraan Asia semisal AFC Cup.

Jika melihat track record keikutsertaan klub Indonesia di Piala AFC, kasta kedua setelah Asia Champions League, nyaris prestasi terbaik hanya berhasil ditorehkan Persipura Jayapura pada musim 2013-2014 silam kala berhasil melaju hingga babak semifinal zona Asia.

Yang nahasnya, hingga saat ini klub-klub Indonesia masih kesulitan mengukir sejarah baru. Bahkan, untuk melewati babak Group Stage saja, banyak perwakilan Indonesia yang tergopoh-gopoh.

Untuk itu, harapan masuk babak penyisihan Grup liga Champions masih menjadi angan. Yang tentunya harus segera direalisasikan dengan iklim liga yang kompetitif dan sehat serta suporter dan klub mulai bersinergi untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana klub itu sendiri.

Menyatukan kepala antara PSSI, klub dan suporter

Sebagai induk federasi sepakbola Indonesia, PSSI setiap tahun masih saja sama. Terbelit-belit pada urusan politik dan terkenal karena pengurusnya yang tidak sepenuhnya mengerti esensi sepakbola serta harapan pencinta bola pada umumnya. 

Untuk urusan jadwal saja, mereka masih plin-plan dan sering berubah di tengah liga. Tentu hal ini sangat mengganggu pada persiapan klub untuk mengarungi kompetisi.

Belum lagi persoalan perubahan jadwal di pertengahan musim masih lazim terjadi. Jika masalah sepele nan amatir ini terus terulang, maka terlalu naif jika menolak asumsi liar bahwa PSSI kental akan politik dan konflik kepentingan pribadi benar adanya. 

Namun, terkhusus untuk musim ini, PSSI sudah memberikan kejelasan waktu kick-off liga pada tanggal 29 Februari 2020, meskipun jadwal pertandingan setiap klub belum jua dirilis.

Untuk itu, tak ada salahnya Perubahan positif kecil ini kita apresiasi. Dengan kejelasan dan ketepatan jadwal serta semoga tak ada perubahan jadwal sepihak di tengah kompetisi, situasi demikian setidaknya memuai harapan di kalangan pencinta bola. Yang mudah-mudahan memberikan iklim kompetisi yang baik dan sehat.

Di awal dasawarsa anyar ini, Klub sepakbola dalam kekuasaan badan hukum berbentuk perseroan terbatas (PT) juga harus membuat rencana pembenahan maupun penambahan sarana klub.

Lupakan terlebih dahulu persoalan tentang membuat stadion sendiri, karena kasus ini membutuhkan dana yang cukup menguras keuangan Tim. Yang terpenting, setiap klub harus sadar akan fasilitas latihan tetap harus segera di realisasikan pembangunannya.

Menyoal training ground, klub indonesia maupun suporter tak perlu lah membuat yang mewah seperti Johor Darul Takzim (JDT) maupun klub-klub besar Eropa dan Asia.

Kita bisa mengambil contoh fasilitas latihan dari klub paman Sam. Mereka umumnya memiliki training center dengan dua lapang utama dan gedung sederhana sebagai sarana penunjang pemain. Dengan demikian budget yang di gelontorkan manajemen klub bisa disesuaikan dengan kondisi finansial mereka. 

Gradasi Urgensi pembuatan kamp latihan

Jika melihat kebanyakan klub Liga 1 yang tak memiliki tempat latihan tetap dan sering menggunakan stadion sebagai sarana latihan mereka, saya rasa level urgensi pembuatan Training Ground cukup genting. 

Selain sebagai ajang eksperimen taktik pelatih maupun membuat skema permainan berjalan sesuai rencana, memiliki fasilitas latihan tetap akan membuat para pemain professional merasa berada di rumah sendiri dan tak terdistraksi oleh gangguan penggemar kala fokus latihan.

Dengan begitu, mereka bisa menyerap keinginan pelatih dengan baik di pertandingan resmi. Disamping itu, kamp latihan juga berperan dalam membangun chemistry antara pemain bola profesional baik di dalam maupun luar lapangan. 

Pun, Sarana wajib yang satu ini juga setidaknya bisa mengejar ketertinggalan klub dan pemain Indonesia dari pesepakbola tetangga. Di mana, dalam beberapa kasus di ajang perhelatan Asia, klub maupun Timnas kita memiliki pemahaman taktik yang kurang jika di banding dengan Thailand, Vietnam bahkan Malaysia.

Dan jika tempat latihan menjadi proyek utama beberapa klub liga 1 saat ini, bukan tidak mungkin mereka bisa berbicara banyak di kancah sepakbola Asia.

Sebab, apabila pemahaman taktik pemain baik, diiringi kompetisi yang kompetitif dan dukungan luar biasa dari federasi dan suporter, menembus babak Grup Liga Champions bukan perkara yang mustahil bagi klub Indonesia. Yang tentunya dampak dari pembenahan ini akan bermanfaat bagi Timnas Indonesia secara paripurna.

Mengubah sudut pandang Suporter

Selama ini suporter Indonesia banyak yang mendesak pada PSSI maupun petinggi klub untuk berbenah. Namun, mereka sendiri masih saja banyak berbuat perilaku yang merugikan keuangan klub. Belum lagi, egosentris suporter Indonesia yang tidak sabaran dan tak mau menunggu proses membangun tim menjadi problematika lain yang masih saja terjadi.

Fans harus mengerti bahwa parameter prestasi tak melulu memaksakan menjadi juara 1. Meskipun, hal itu mungkin juga target setiap klub. Tapi, paradigma yang harus dikembangkan sekarang adalah bagaimana klub-klub liga 1 bisa berbicara banyak di kancah Asia. Yang tentunya bisa berdampak baik bagi dunia persepakbolaan dan Timnas Indonesia kedepannya.

Pelatih bagus, pemain bintang dengan ditopang oleh jutaan penggemar, belum tentu bisa juara dan berprestasi di Asia. Jika, fasilitas latihan saja masih nomaden dan iklim kompetisi yang toxic.

Maka dari itu, mari kita sambut dan rubah asumsi diri tentang juara dan rela menanggalkan sejenak egosentris dinamika sejarah rivalitas demi sepakbola Indonesia yang lebih baik kedepannya.

Sebab, untuk mewujudkan mimpi sepakbola Indonesia yang lebih baik, suporter harus menjadi sosok cerdas yang kenal betul siklus sepakbola dan klub modern bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun