Menonton film sedih dan ikut menangis mungkin terlihat sederhana, tapi sebenarnya itu latihan untuk menjadi manusia seutuhnya. Anda belajar untuk tidak takut dengan emosi sendiri. Anda belajar kalau kesedihan tidak selalu buruk, dan air mata tidak selalu berarti kekalahan.
Dalam perspektif kehidupan yang lebih luas, kemampuan untuk merasakan adalah anugerah besar. Sebab cuma dengan merasakan, manusia bisa memahami makna.
Filmnya yang Bagus atau Hati Anda yang Indah?
Mungkin filmnya memang bagus. Naskahnya kuat, musiknya menggetarkan, aktingnya tulus. Tapi kalau tidak ada hati yang mau terbuka, semua itu tidak akan berarti apa-apa.
Film cuma bisa mengetuk, tapi Anda yang memutuskan apakah pintu hati akan dibuka atau tidak. Jadi, mungkin bukan filmnya yang luar biasa, tapi hati Anda yang mau mendengarkan.
Ketika Anda menangis saat menonton film sedih, Anda sedang memberi ruang bagi diri Anda untuk menjadi manusia apa adanya---tanpa topeng, tanpa peran sosial, tanpa tuntutan untuk selalu kuat. Anda sedang memberi izin kepada hati untuk berbicara.
Dan bukankah itu yang paling langka di dunia yang serba cepat ini?
Penutup
Menangis karena film bukan tanda kelemahan, tapi tanda kalau Anda masih punya hati yang hidup. kalau empati, kasih sayang, dan kelembutan belum sepenuhnya hilang di dalam diri Anda.
Jadi, kalau suatu hari Anda kembali menonton film dan mata mulai berkaca-kaca, jangan buru-buru menghapusnya. Biarkan air mata itu turun. Biarkan ia menyampaikan pesan yang mungkin tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Mungkin bukan filmnya yang istimewa, tapi hati Anda yang sedang berbicara pelan---mengingatkan kalau hidup bukan cuma tentang bertahan, tapi juga tentang berani merasakan.
Pernahkah Anda merasakan hal serupa? Menangis karena sebuah film, tapi diam-diam sadar kalau air mata itu bukan cuma untuk cerita di layar, tapi juga untuk sesuatu yang lebih dalam---yang sudah lama Anda simpan sendiri?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI