Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-Hati dengan Apa yang Anda Post di Medsos, Tidak Semua Orang Akan Suka

2 September 2025   08:09 Diperbarui: 2 September 2025   08:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia yang Tak Lagi Sama

Anda tentu sudah merasakan sendiri bagaimana hidup berubah sejak media sosial menjadi bagian sehari-hari. Dulu, kalau ingin bercerita, Anda butuh waktu duduk dengan teman dekat, atau menulis surat panjang. Sekarang, cukup beberapa ketikan jari, lalu kirim. Sekejap saja cerita itu bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang.

Cuma, di balik kemudahan itu, ada sesuatu yang sering terlupakan. Setiap postingan bukan lagi cuma sekadar ekspresi diri. Itu bisa jadi undangan untuk dipuji, disalahpahami, diperdebatkan, bahkan dibenci. Dan yang sering membuat kaget adalah: ternyata tidak semua orang akan suka dengan apa yang Anda bagikan, bahkan hal yang menurut Anda sederhana sekalipun.

Bayangkan seseorang menulis status tentang keberhasilan kecilnya---misalnya baru berhasil lari 5 km setelah berbulan-bulan malas olahraga. Maksudnya sekadar berbagi semangat. Tapi tiba-tiba ada yang menanggapi sinis, "Ah, segitu aja bangga. Orang lain sudah maraton 42 km." Komentar seperti itu bisa membuat perasaan berubah seketika. Dari senang jadi kesal. Dari semangat jadi ragu: "Apa sebaiknya aku tidak usah posting lagi?"

Itulah realitas media sosial. Ruang yang terasa seperti milik pribadi, padahal sebenarnya publik.

Ekspresi Diri atau Panggung Pertunjukan?

Kalau direnungkan, media sosial memang punya dua wajah. Di satu sisi, ini tempat untuk mengekspresikan diri. Anda bisa menulis apa yang dirasakan, membagikan foto yang disukai, atau sekadar melemparkan opini tentang hal-hal yang sedang ramai.

Tapi di sisi lain, ini juga panggung pertunjukan. Begitu sesuatu diposting, orang lain otomatis menjadi penonton. Dan setiap penonton punya kacamata berbeda. Ada yang melihat dengan rasa kagum. Ada yang melihat dengan iri. Ada yang menertawakan. Ada yang diam saja, tapi dalam hati menyimpan kesan tertentu.

Dari sudut pandang psikologi sosial, manusia memang tidak bisa lepas dari "gaze" atau tatapan orang lain. Begitu merasa diperhatikan, perilaku kita bisa berubah. Sama seperti orang yang biasanya santai saat berjalan, tiba-tiba jadi canggung ketika merasa dilihat banyak orang. Media sosial menciptakan kondisi itu setiap hari, bahkan ketika Anda duduk sendirian di kamar.

Pertanyaannya: apakah kita sedang benar-benar mengekspresikan diri, atau tanpa sadar sedang berperan di sebuah panggung besar yang penontonnya tidak selalu ramah?

Cerita Kecil: Senyum yang Salah Tafsir

Bayangkan seorang pegawai muda baru saja mendapat promosi. Ia merasa bahagia, lalu mengunggah foto sederhana: tersenyum sambil memegang secangkir kopi, dengan caption singkat, "Akhirnya sampai juga di tahap ini."

Bagi dirinya, itu ekspresi syukur. Tapi tidak semua pembaca menangkap hal yang sama. Ada rekan kerja yang merasa itu bentuk pamer. Ada sahabat lama yang diam-diam iri karena kariernya sendiri stagnan. Bahkan ada yang berkomentar, "Hati-hati ya, jangan cepat puas. Dunia kerja itu keras."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun