Saya tahu, di masa sulit ini, kita semua tentu akan merasa penat berada di rumah. Kepenatan itu muncul karena kita kurang kreatif dan produktif. Lantas, bagaimana mengusir rasa jenuh?
Kita semua tentu memiliki cara unik untuk membuang rasa jenuh selama menjalani masa pandemi ini. Bahkan media sosial mengalami lonjakan akses dalam beberapa bulan belakangan. Dan salah satu konten di media sosial yang menjadi tranding topic saat ini adalah pass the brush challenge.Â
Bagi generasi 'tik-tok' saat ini, tentu pass the brush challenge bukan sesuatu yang asing. Secara sederhana, challenge ini merupakan sebuah tantangan untuk berdandan.Â
Video tersebut awalnya memperlihatkan wajah asli seseorang tanpa make-up. Lalu kemudian, setelah brush menyentuh wajah dan kamera ponsel, orang tersebut secara mengejutkan berubah dengan tampilan wajah yang sudah dirias.Â
Selanjutnya, brush itu seolah diberikan kepada yang lain untuk melakukan hal serupa, beritu seterusnya. Tantangan ini memang benar bagi para perempuan, karena berdandan (make up) adalah bagian tak terpisahkan dari mereka. Akan menjadi keliru kalau tantangan ini dilakukan oleh laki-laki.Â
Mungkin bagi sebagian orang, hal itu dianggap biasa. Tapi bagi saya, (sebagai laki-laki) saya rasa sedikit kurang pas kalau kita juga terlibat hanya sekadar untuk pamer dan mencari sensasi ketenaran. Hal itu bisa dibilang berlebihan. // Saya sepakat dengan salah satu judul berita "Membuang Jenuh Dengan Pass the Brush Challenge yang Lagi Viral" (Surya.co.id Kamis, 23 April 2020 21:17).Â
Challenge itu bukan hal yang buruk karena tujuannya hanya dipakai untuk seru-seruan bersama teman atau saudara ketika berada di rumah dan untuk menghilangkan rasa jenuh. Jadi, bagi kalian 'nona-nona', silahkan ikuti tantangan itu sekreatif mungkin.
Bertolak dari situ, saya akan bergerak ke poin utama yang mau dibahas. Saya tidak akan menjelaskan challenge itu secara luas, tetapi yang ingin saya kaji di sini adalah mengenai cantiknya seorang perempuan dari kacamata laki-laki.Â
Memang benar bahwa cantik itu relatif, tapi juga objektif, karena ada standar yang dipakai untuk mengukurnya. Setiap kita tentu memiliki standar yang berbeda dalam menilai dan memberi pujian pada perempuan.
Tanpa mengurangi rasa hormat, Saya mau mengatakan bahwa saya lebih menyukai wanita yang tampil dengan wajah alami, asli, tanpa polesan apapun. Berpenampilan natural adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi saya.Â
Kebanyakan laki-laki (termasuk saya) lebih suka perempuan seperti itu, sebab kami ingin melihat sisi kejujuran darinya. Mereka yang tampil natural sungguh menujukkan bahwa mereka itu pribadi 'apa adanya', tapi sebenarnya mereka 'ada apa-apanya' dibalik kenaturalan itu.