Mohon tunggu...
Dice Shafira Nendrasari
Dice Shafira Nendrasari Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan seorang penulis, motivator, pembelajar, yang pada saat ini menggeluti berbagai bidang karya tulis termasuk puisi, seni, kesehatan, sosial budaya, politik, pendidikan, kesehatan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelisik Lapisan Tantangan dan Asa: Potret Permasalahan Desa Karangmulyo dalam Bingkai Survei KKN Literasi BBK 6 Universitas Airlangga

7 Juli 2025   09:29 Diperbarui: 7 Juli 2025   10:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Saat Survey di Kecamatan Tegalsari (Sumber:  Dokumentasi Kelompok BBK 6 Desa Karangmulyo)

Banyuwangi, 1 Juli 2025 — Tim Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN-BBK) 6 Universitas Airlangga melakukan kegiatan survei lapangan perdana di Desa Karangmulyo, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, untuk mengetahui berbagai kendala di bidang pendidikan, ekonomi,kesehatan, dan lingkungan yang akan menjadi fokus intervensi selama masa KKN.  

Salah satu kecamatan yang menarik untuk dilihat lebih dekat dalam konteks ini adalah Kecamatan Tegalsari. Terletak di area selatan Banyuwangi, Tegalsari dikenal sebagai kecamatan dengan karakteristik agraris yang cukup kuat. Luas wilayahnya mencapai 97,44 km2 dengan total penduduk sebanyak 54.163 jiwa (BPS Kecamatan Tegalsari, 2024).Tingkat kepadatan ini menunjukkan bahwa Tegalsari termasuk wilayah padat penduduk jika dibandingkan dengan wilayah agraris lainnya. Mayoritas warganya berprofesi sebagai petani dengan lahan sawah, kebun, dan ladang yang mendominasi tutupan lahan. Dari aspek pendidikan, Tegalsari tercatat memiliki puluhan satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Desa Karangmulyo di Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, tidak hanya sekadar titik di peta Jawa Timur yang dilintasi jalan pedesaan dan hamparan sawah yang luas. Ia adalah cermin nyata betapa Indonesia masih berdiri di persimpangan antara potensi alam yang melimpah dan tantangan kesejahteraan yang belum merata. Survei yang dilakukan tim KKN BBK 6 Universitas Airlangga pada Selasa, 1 Juli 2025, menjadi pintu pembuka untuk membaca ulang denyut nadi masyarakat Karangmulyo bagaimana kompleksitas permasalahan di desa dan menuntut sentuhan intervensi yang tidak hanya datang sesaat, melainkan berkelanjutan dan berbasis kebutuhan riil masyarakat.  

Di tengah hamparan sawah yang luas dan kebun yang menghijau, mayoritas warga Karangmulyo masih bertumpu pada sektor pertanian sebagai urat nadi ekonomi keluarga. Namun, di balik potensi pertanian yang menjanjikan, muncul tantangan mengenai bagaimana hasil panen tersebut dapat diolah atau dipasarkan sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi kesejahteraan petani. Harga jual komoditas yang kerap fluktuatif, keterbatasan akses pasar, dan minimnya inovasi pengolahan hasil panen menjadikan roda ekonomi masyarakat berputar pada lingkaran yang sama: bekerja keras di ladang, namun hasil belum tentu menutup kebutuhan hidup harian. Di sinilah pentingnya program pendampingan ekonomi kreatif, sebagaimana yang coba diinisiasi melalui pelatihan Cassava Creative serta digitalisasi UMKM dalam rangka membuka cakrawala pemasaran modern berbasis teknologi. 

Pendidikan merupakan substansi dari literasi. Dalam survei diketahui bahwa permasalahan utama di bidang pendidikan adalah fasilitas perpustakaan yang belum dikelola dengan baik. Sehingga, ditemukan problem utama bahwa banyak siswa  yang memiliki minat baca rendah. Selain itu, ada beberapa siswa pula yang memiliki kemampuan baca yang baik namun tidak diasah karena kendala fasilitasi. Sehingga Program yang kami ciptakan untuk meningkatkan kemampuan literasi  meliputi program Pojok Baca Desa, Perpustakaan mini, dan LiteraGo! (Literacy on the go!). Pada program tersebut akan terdapat berbagai kelas belajar seperti kelas membaca nyaring bertema lingkungan, kelas mengulas buku bertema kesehatan, kelas berbahasa inggris (Story telling, reading, Listening, dan speaking) serta terdapat berbagai jenis pembelajaran lainnya. Ruang belajar merupakan alternatif agar anak-anak terbiasa bersahabat dengan buku di luar jam sekolah formal. Upaya sederhana ini diharapkan dapat menumbuhkan minat baca sekaligus membangun kepercayaan diri untuk mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas di seluruh bidang termasuk kesehatan, lingkungan dan ekonomi

Di bidang kesehatan, data lapangan yang diperoleh pada hari survey menunjukkan bahwa masalah gizi dan penyakit tidak menular seperti diabetes melitus serta hipertensi masih menghantui sebagian besar warga, terutama kelompok lansia. Melalui komunikasi intensif dengan bidan desa dan kader kesehatan, terkuak bahwa pola makan masyarakat masih belum seimbang dan kebiasaan memeriksakan kesehatan secara berkala belum menjadi prioritas. Karenanya, program PANGAN PINTAR diadakan untuk membekali para ibu dengan pengetahuan praktis tentang pentingnya pengolahan menu MP-ASI bergizi seimbang berbahan pangan lokal, sedangkan skrining kesehatan CEGAH dihadirkan untuk membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini risiko diabetes dan hipertensi. Tidak berhenti pada edukasi semata, para mahasiswa juga mendesain media cetak berupa leaflet dan kalender kesehatan agar informasi tetap dapat diingat dan diterapkan setelah program berakhir. 

Sementara itu, kondisi lingkungan pun menjadi salah satu perhatian penting yang tercatat jelas dalam survey KKN BBK 6. Meskipun lahan pertanian mendominasi penutup wilayah, manajemen sampah rumah tangga di Karangmulyo masih menghadapi tantangan mendasar. Volume sampah yang kian menumpuk, pola pemilahan yang belum membudaya, serta kesadaran masyarakat yang masih rendah menuntut solusi terpadu. Program Green Goals dan CLEAR menjadi jawaban awal untuk membumikan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan melalui pembentukan bank sampah, kerja bakti massal, hingga penanaman tanaman toga yang diharapkan tidak hanya mempercantik lingkungan tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan warga. 

Survey pada 1 Juli 2025 pun merekam bagaimana semangat gotong royong masyarakat Karangmulyo tetap menjadi modal sosial yang tak ternilai. Di tengah berbagai keterbatasan, keinginan untuk maju dan memperbaiki kualitas hidup terpancar dari antusiasme warga yang rela hadir, berdiskusi, dan terlibat aktif di setiap sesi. Mahasiswa BBK 6 hadir bukan sekadar sebagai penggerak program instan, melainkan mitra belajar warga desa untuk menggali potensi lokal dan merumuskan langkah-langkah praktis yang membumi. 

Keseluruhan temuan dari survey lapangan ini menegaskan betapa pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, puskesmas, kader kesehatan, sekolah, UMKM, hingga warga itu sendiri. Permasalahan Karangmulyo bukan hanya deret data statistik, melainkan cerita hidup yang membutuhkan sentuhan manusiawi, keberlanjutan pendampingan, dan ruang partisipasi yang setara. Dengan memahami detail masalah mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga lingkungan, diharapkan berbagai program pemberdayaan tidak berhenti di proposal semata, tetapi tumbuh menjadi gerakan nyata yang melekat di hati dan praktik sehari-hari masyarakat desa. Hanya dengan langkah kecil yang dilakukan secara gotong royong, Desa Karangmulyo akan terus belajar merajut perubahan, setapak demi setapak, menuju desa agraris yang tak sekadar produktif tetapi juga tangguh, sehat, cerdas, dan berdaya menghadapi tantangan zaman.

Banyuwangi Jenggirat Tangi.

UNAIR Hebat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun