Mohon tunggu...
Diaz Radityo
Diaz Radityo Mohon Tunggu... Freelancer - Pendongeng keliling dan menulis

Seorang manusia biasa yang ingin bercerita dan berbagi energi positif.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Berkirim Surat kepada Langit dan Sebuah Harapan

9 Juli 2018   10:20 Diperbarui: 9 Juli 2018   10:34 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pentas Puno Letters to The Sky

Tepat di hari ke 40, hari di mana Puno tak lagi bisa bersama Tala.  Puno meninggalkan kertas dan pensil untuk Tala. Untuk terakhir kalinya, Puno mencium Tala. Kemudian Tala teringat saat Puno memberikannya perahu dari kertas dan ia akhirnya membuat hal yang sama. 

Perahu kertas itu ia buat dan tulisi dengan harapan-harapan terbaik untuk sang ayah. Saat Tala mengirimkan perahu kertas itu ke langit, turunlah ribuan perahu kertas menghampirinya.

Sebuah Harapan dari Sepucuk Surat

Papermoon kembali menunjukkan sihirnya kepada penonton, Ria selaku sutradara mampu meracik sebuah tema yang sederhana menjadi pertunjukkan yang mengaduk-aduk perasaan. Puno Letters to The Sky sebuah pentas yang diangkat dari pengalaman pribadi. Sebuah tema yang universal membincangkan mengenai kematian dan kehilangan, yang sudah pasti pernah atau sedang dirasakan setiap orang. 

Perahu kertas yang dibawa oleh Tala menjadi sebuah poin penting dalam pentas ini. Secara implisit, perahu itu menggambarkan kita sebagai manusia yang masih menempuh perjalanan kehidupan. Apapun yang terjadi, kita tetap harus melaju hingga akhir tujuan yang diinginkan. Papermoon memikirkan semuanya dengan detail, termasuk juga mengatur posisi duduk penonton. 

Tidak ada kelas tempat duduk yang ditawarkan, semuanya harus lesehan. Setelah menikmati pentas ini, saya lantas tersadar. Kenapa tempat duduk dibuat seperti itu. Jawabannya adalah kita harus saling memberikan dukungan kepada siapa pun di dekat kita yang sedang merasakan kehilangan. Tak peduli dengan latar belakang yang dimilikinya. Semuanya sama, manusia yang memiliki hati dan bisa merasakan kehilangan. 

Belajar kepada Tala, tidak boleh kita merutuki takdir. Justru harus bangkit dan saling berbagi harapan terbaik dengan orang yang sudah meninggalkan kita. Merasakan kehilangan merupakan sebuah proses "wajib" yang harus dialami manusia. 

Dari kehilangan itulah, kita akan membangun sebuah harapan. Titik baru dalam perjalanan kita sekaligus memberikan harapan dan kehidupan baru bagi kita dan yang telah tiada. Alam ini sudah berbaik hati kepada kita, memberikan kesempatan memiliki. Hal yang terbaik dapat dilakukan adalah dengan mensyukuri yang sudah kita miliki. Izinkan saya mengutip kata bijak dari seorang pengajar yang mengatakan, mengapa harus takut kehilangan? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun