Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengar Jeritku di Atas Sekilo Sabu-sabu, Tuhan

16 November 2021   17:02 Diperbarui: 17 November 2021   00:57 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama beberapa saat ia terdiam. Mungkin batinnya bergejolak dan tahu bila perbuatannya salah. Nuraninya berontak tapi hasrat tak dapat dibendung sebegitu mudahnya. Begu masih kalah dengan nafsunya sendiri, sebuah hal lumrah yang sulit ditaklukan oleh manusia biasa. 

Sebetulnya setelah kejadian tertangkap oleh pigak berwenang, Begu bisa berpikir jernih dan keluar dari lubang kelam ini. Namun ketenangan itu hanya sesaat. Ia kembali terjerumus dalam dunia hitam berkat hasutan dari rekan sepermainannya di lingkungan rumah.

Namun fase tersebut dilaluinya lebih baik dari sebelumnya, sebab menurutnya ketergantungan akan obat terlarang jenis sabu-sabu yang diidapnya tidak separah sebelum masuk sel. Salah satu kuncinya adalah hatinya yang lebih tenang akibat dekat dengan Tuhan, melalui ibadah dan pengajian yang saban bulan pasti dihadirinya. 

Begu yang dalam bahasa Batak adalah setan, seperti orang kesetanan jika tidak terkena efek sabu-sabu sebelum mendekam di penjara. Ia selalu mencari barang ini kemanapun sehingga  dirinya banyak mengenal orang yang bekerja di lingkaran setan. Berbagai macam jenis obat terlarang pernah dikonsumsinya mulai dari obat-obatan penenang, ganja, dan terkahir sabu-sabu yang membuatnya merasa hidup, walau dalam semu. 

Pekerjaannya sebagai penjaga toko membuatnya harus prima. Ia merasa makin rajin saat menggunakan doping ini, kuat dalam mengangkat barang, awas saat menghitung angka, dan sigap saat dibutuhkan diluar maupun dalam toko. Namun bukan manusia namanya jika hati kecilnya tak meronta, setidaknya untuk sesekali. Ia tahu tindakan ini tidak benar, tapi kadung dikerjakan. 

Pada 15 November kemarin adalah pertemuan pertama kami setelah berbincang di warkop. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang kawan sekaligus menjadi kabar dimulainya era baru dalam hidupnya. Sambil menatap kosong ke arah langit sore Jakarta yang jingga berkilauan ia berucap "tanggal 27 kemarin saya tertangkap. Saya gak mau mengulai kesalahan itu. Saya mau tobat dan menjauh dari barang haram ini," tungkasnya. 

Alat hisap sabu telah dihancurkannya setelah pulang dari penjara. Ajakan rekannya untuk mengkonsumsi atau dimintai tolong mencari sabu-sabu tidak digubrisnya. Dia tak ingin membuat keluarga dan neneknya tercinta sakit akibat ulahnya yang berulang, sekaligus menjadi sosok pria baik bagi kekasihnya yang sudah dikencaninya selama 5 tahun belakang. 

Mungkin inilah cara Tuhan menyentuh hati Begu, menyelamatkannya dari jurang kesengsaraan di masa depan. Begu yang saya temui sekarang, berbeda dari sebelumnya. Pupil matanya tak terlihat besar, mukanya tak lagi pucat padam, dan tingkahnya lebih tenang, mungkin karena efek sabu tidak menjnagkiti tubuhnya saat itu. 

Semoga kali ini Begu mampu menahan godaan  sampai kelak ia menemui Tuhan dan menjadi seorang yang lebih baik, serta bisa saya panggil Jhon, sebuah nama yang diciptakan manusia untuk memanggil seseorang, bukan lagi Begu karena sifat dan kekalahannya melawan godaan. Jhon bukan nama yang asal saya sebut karena penamaan ini diberikan sang bos pada teman begu yang menemaninya melakukan penjemputan sabu-sabu. 

Sebab berawal dari ajakan Begu, rekannya harus keluar dari tempat ia bekerja karena ketahuan membawa sabu-sabu yang telsh dipisahkan ke pelanggan yang dikenal sebagai sosok pengedar dan namanya telah mashur di kalangan pemakai, khususnya di daerah begu tinggal. Mungkin jika lulus ujian kali ini dan melalui panggilan tersebut, Begu akan tersadar ketika hendak melakukan hal serupa, banyak pihak yang dikorbankan termasuk keluarga serta teman dekatnya sendiri. 

D.A
Jatipadang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun