Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengar Jeritku di Atas Sekilo Sabu-sabu, Tuhan

16 November 2021   17:02 Diperbarui: 17 November 2021   00:57 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upah yang didapat Begu atas pekerjaan penuh risiko ini benar-benar membuatnya kecewa sebab ia hanya mendapat uang sebesar Rp 2 juta yang dibagi dua dengan rekan yang mengantarnya. Nominal tersebut didapatnya setelah barang dampai ke Jawa Tengah, tepatnya 2 hari setelah ia mengambil paket ini. Sebenarnya sudah ada pakem yang biasanya digunakan dalam siklus peredaran sabu-sabu. 

"Sebenarnya ada hitungannya jemput kaya gitu harusnya. Per 1 gram itu Rp 50 ribu. Kalau saya dihitung seperti itu coba aja pikir berapa yang saya dapat. Biasanya kaya gitu kalau mau adil," jelasnya. 

Gelas berisi es teh manis yang sudah bercampur air bening hasil lelehan es batu kenbali diangkat lantas ditegukan ke tenggorokan yang kering. Begu kembali bercerita. Dari pengakuan rekan yang memberinya pekerjaan ini, sabu-sabu tersebut dikirim melalui Batam menuju Jakarta Utara. Uang yang dikeluarkan untuk membawa barang ini sampai ke Ibu Kota sebesar Rp 80 juta, tapi Begu tak tahu persis peruntukannya.

Selama melakukan video call dengan sang bos, Begu melihat kamar tahanannya beda dari biasanya. Salah satu yang mencolok adalah adanya walpaper yang biasa menghias dinding rumah. Selama melakukan kordinasi, ia juga memberitahu bila di beberapa waktu tidak bisa berkomunikasi sebab sedang dilakukan inspeksi. 

Peredaran narkoba di Jakarta bukanlah hal baru. Sejak Verenigde Oost indische Compagnie (VOC) memonopili perdagangan di Nusantara, narkoba bukanlah barang ilegal. Candu, madat, atau opium adalah komoditi dagang yang menghasilkan. Bahkan saat Gubernur Jenderal Gustaaf Baron van Imhoff menjabat, telah diberlakukan sistem perdagangan bebas candu. 

Pinggir  jalan raya Kota Batavia Centrum (Weltervreden) jadi saksi bisu kejayaan narkotika pada era tersebut. Lokasi yang sekarang berada di jalan kecil kawasan Cikini Kramat dulunya merupakan pabrik pembuatan candu. Agar penyebarannya dilakukan dengan cepat, Pemerintah Hindia Belanda membangun stasiun khusus, mengakomodasi lalu lintas barang haram ini. 

Namun selama hidupnya mengkonsumsi sabu-sabu, Begu mengaku tak pernah melihat pabrik pembuatannya. Bahkan ia tak pernah tahu bagaimana cara membuat barang haram ini di masa modern. 

Sumber: Tribun news. com
Sumber: Tribun news. com

Matanya berubah pilu, kepalanya didongakan ke atas. Ia mengingat lagi bagaimana kengerian yang harus dirasakan untuk selamat saat membawa barang terlarang ini. Sambil memintal rambut sepundaknya dengan jari telunjuk, Begu merasa kapok atas perbuatannya.

"Lah sekilo, jarang orang selamat. Besok-besok kalau disuruh jemput, saya gak mau lagi. Tadinya mau 3 gulungan gitu, satu saja sudah gemeter gimana 3," terangnya. 

Lamat-lamat pilu nampak keluar dari wajahnya. Begu masih tak habis pikir atas perbuatan dan risiko besar yang diambil apalagi dengan upah tak sepadan. Lewat kondisi keuangan yang tidak baik karena tak bekerja dan kegemarannya bermain judi online yang jamak dimainkan kaum bawah Jakarta saat perekonomian memburuk akibat pandemi, semua itu diterjangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun