Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sepotong Coklat pada Kunyahan Terakhir

26 April 2019   19:40 Diperbarui: 26 April 2019   20:36 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
backgrounddownload.com

Kelak, waktu akan menemui kita pada sebuah tempat
Dengan membawa serta banyak hal yang tidak akan pernah dapat terbayar

Kita berutang kesempatan menunggu pada jeda-jeda pemberhentian
Juga kita berhutang pada waktu untuk banyak perjumpaan yang menghilang pada sekilas pandang

Pada sebuah bagian, waktu hanya menyediakan kesempatan di kejauhan,
 seperti mengagumi ombak yang diterpa cahaya bulan di samudera selatan

Di bagian lain, seperti pagi yang hangat dengan sedikit kabut,
ada sedikit kedekatan merupa celah batuan pada dinding yang meninggi di gunung-gunung purba:
tidak bersatu dan hanya menyelipkan sedikit cahaya dari biru langit
Kelak, waktu akan menatap kita dengan bijaksana sambil menceritakan rahasia-rahasia yang dulu tidak diceritakannya

Tentang bunga-bunga kecil berwarna kuning yang menghampar sebar
Tentang daun-daun jati yang mengering di terik kemarau
Juga tentang kupu-kupu berwarna kuning yang menari di antara kembang-kembang jagung sepanjang perjalanan ke timur

Semoga saja, akan juga ditunjukkannya kejutan-kejutan di tikungan yang selalu salah didugamaknai,
sebelum langkah terayun menuju pada misteri di tikungan-tikungan berikutnya

Kelak pula, pada sebuah tikungan setelah matahari melewati tengah hari,
bunga-bunga kecil berwarna kuning, guguran daun-daun jati kering
dan tarian kupu-kupu berwarna kuning akan bersama di sisi pantai yang hening
dalam riuh tarian ombak dan nyanyian sepi yang terselip dari malam yang selalu lambat mengingsut

Akan kusampaikan kepada waktu, kelak,
bahwa ia seperti potongan-potongan kecil coklat:
hanya dimengerti setelah kunyahan terakhir dapat dilakukan

"Aku juga hanya memiliki potongan waktu yang selalu terburu," katamu sebelum simpang yang menawarkan pilihan-pilihan tikungan
Aku selalu mengangguk untuk kalimat-kalimat yang melintas dan disimpan waktu
Bahkan untuk yang tidak pernah dapat terpahami

| Jakarta | 26 April 2019 | 09.00 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun