Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

6 Cara agar Kesehatan Jiwa Lebih Terjaga

30 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 31 Agustus 2021   07:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash/Mahbod Akhzami

Di dunia ini Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai karakter, sifat, sikap, kebiasaan dan pola pikir yang berbeda. Begitu pula dengan takdir dan nasib masing-masing tentu tidak semuanya sama.

Ada yang dilahirkan dengan fisik sempurna, ada juga yang Tuhan uji dengan kekurangan fisiknya. Ada yang dititipkan hidup dengan bergelimpangan harta, ada pula yang harus bersusah payah banting tulang memeras keringat untuk makan dan melanjutkan hidup.

Ada yang punya pasangan dengan begitu perhatian, ada yang puluhan tahun masih sendirian. Ada yang memiliki keluarga utuh, ada pula yang baru saja merasa kehilangan. Ada yang memiliki keturunan, ada pula yang tidak seberuntung itu. Ada yang memiliki orangtua lengkap, ada juga anak-anak yatim yang merindukan kasih sayang ayah dan ibunya.

Andai semua orang memiliki pikiran dan tekad yang sama untuk saling menjaga, maka dunia ini akan damai dan ramah kepada orang-orang yang nyatanya memiliki banyak kekurangan. Jika semua orang bisa menahan diri dan lisannya untuk tidak berkata menyakitkan, maka dunia ini akan terasa begitu nyaman ditinggali oleh orang-orang yang tidak memiliki kesempurnaan hidup seperti yang lainnya.

Jika semua orang bisa bersikap ramah dan mampu menyelami hati orang lain, maka tidak akan ada yang menjadi stress, putus asa, depresi hingga menggiring kepada tindakan menghabisi nyawa sendiri. Banyak orang yang terguncang jiwanya karena tidak tahan dengan perlakuan yang didapatkannya dari orang lain.

Namun tidak semua orang mampu menjaga perasaan orang lain. Banyak yang sering lupa menimbang sebelum bertindak dan berucap. Tidak terlebih dahulu berpikir, 'bagaimana jika saya ada di posisi itu?'

Sahabat Nabi Muhammad saw, Ali bin Abi Thalib bahkan berpesan tujuh hal kepada kita dalam etika pergaulan. Pesan Ali bin Abi Thalib tersebut adalah, janganlah sesekali bicara tentang harta di depan orang miskin, jangan bicara tentang kesehatan di depan orang yang sakit, jangan bicara soal kekuatan di depan orang yang lemah, jangan bicara kebahagiaan di depan orang yang bersedih, jangan bicarakan soal kebebasan di depan orang yang terpenjara, jangan bicara tentang anak di depan orang yang tidak memilikinya, dan jangan bicarakan tentang orangtua di hadapan mereka yang yatim.

Akan tetapi, semua orang selalu merasa berhak menggunakan lisannya walaupun tanpa disadari mungkin saja ada hati yang terluka dari apa yang dikatakannya. Karena, kita tidak akan pernah mampu membendung apa yang ingin orang lain katakan dan lalukan, maka satu-satunya cara agar tidak menimbulkan kesakitan adalah kita sendiri yang harus belajar bersikap masa bodo dan membuat tuli telinga sendiri. Karena tidak ada yang benar-benar bisa menjaga perasaan kita selain diri kita sendiri. Terlalu sering mendengarkan hal-hal yang sebaiknya tidak perlu didengarkan hanya akan membuat mental dan kesehatan jiwa semakin menurun.

Berikut ini ada beberapa yang bisa kita lakukan demi agar kesehatan jiwa kita tetap terjaga. 

1. Hindari lingkungan yang salah

Banyak bergaul memang baik. Tidak memilih-milih teman pun merupakan salah satu sikap yang disukai banyak orang. Namun ternyata tidak semua jenis lingkungan bisa menerima kehadiran kita dengan baik. Jika suatu lingkungan pertemanan tidak membuat kita nyaman, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk tetap berada di sana. Kita berhak memilih lingkungan sendiri, yang menerima kita dengan baik. Sebuah pengakuan dan penghargaan dari sekelompok teman akan menjadi mood booster dan support sistem yang baik untuk hidup dan kebahagiaan.

2. Selektif memilih teman

Setelah memilih lingkungan yang tepat, memilih teman pun perlu dilakukan. Semakin dewasa seseorang lebih membutuhkan sedikit teman jika dibandingkan ketika anak-anak dan remaja. Pilihlah teman yang benar-benar bisa mendukung kemajuan hidupmu dan bisa diajak berbagi cerita bahkan yang memberi kita motivasi saat jatuh dan berada di titik terendah.

Tidak akan berdosa kok ketika terpaksa meninggalkan teman yang tidak memberi kita value. Tinggalkan saja teman yang hanya mengajak ha ha hi hi, pamer kekayaan, atau paling rajin ngajakin ngerumpi, itu sama sekali tidak membuat kita lebih baik.  

Carilah teman yang bisa diajak diskusi, bicara hal-hal baik, teman yang mau saling mengingatkan dan menegur jika melakukan kesalahan.

3. Ubah mindset

Bullying, cacian, cibiran dan pendapat negatif yang berasal dari orang yang tidak menyenangi kita tentunya sedikit banyak akan memberi pengaruh pada kesehatan mental. Apalagi ketika kita sering berada dalam lingkungan yang salah.

Stop, jangan terlalu ambil pusing apa yang mereka katakan. Mulailah ubah pola pikir, bahwa di dunia ini tidak semua orang akan menyukai kita. Fokuslah kepada mereka yang menghargai kita dan fokus kepada tujuan-tujuan hidup. Jangan pernah menghabiskan energi untuk memikirkan perkataan orang.

Kita tidak akan pernah bisa mengunci mulut orang lain dan membendungnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Fokus saja kepada apa yang bisa kita lakukan. Jika mereka tidak bisa berhenti mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan, maka kita lah yang harus terus belajar menutup telinga dan tidak lagi mendengarkan apa yang tidak seharusnya didengarkan.

4. Cari komunitas yang satu frekuensi

Lingkungan toxic memang menyebalkan. Jangan terlalu lama tinggal di sana, kesehatanmu jiwa kita lebih penting daripada pendapat buruk mereka ketika kita meninggalkan lingkungan dan berpindah kepada lingkungan yang lebih menyenangkan.

Cari komunitas atau lingkungan yang satu frekuensi. Jika memiliki hobi tertentu, maka bergabunglah dengan mereka yang memiliki hobi yang sama. Selain membuat hati lebih bahagia, itu lebih memungkinkan untuk mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga untuk meningkatkan kualitas hidup saat ini.

Misalkan saja memiliki hobi menulis, kita bisa bergabung dengan komunitas orang-orang yang suka menulis. Dengan begitu, kita lebih bisa mengasah kemampuan dalam hal menulis.

Jika suka bersepeda bisa bergabung dengan komunitas sepeda, selain bahagia bertemu orang-orang yang sehobi, kita juga mendapatkan manfaat lebih banyak, yaitu menjadi lebih bugar dan sehat.

5. Sibukkan diri dengan hal yang bermanfaat

Menyibukkan diri kepada hal-hal yang lebih bermanfaat akan mengalihkan fokus perhatian. Melupakan kesedihan-kesedihan, melupakan masalah, dan memiliki kehidupan yang lebih berharga.

Ketika sakit hati, maka cara agar bisa move on lebih cepat adalah dengan cara menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Selain lupa dengan masalah, kita juga akan memiliki perasaan yang jauh lebih bahagia karena telah melakukan kebaikan dan lebih produktif tentunya.

6. Bersyukur dan Positif Thinking

Setelah semua usaha di atas dilakukan, jangan lupa dengan bersyukur dan positif thinking. Berprasangka baiklah kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia, bahwa Dia tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Yakinlah bahwa semua apa yang terjadi menimpa manusia pasti memiliki maksud dan tujuan, tentunya tujuan yang terbaik berdasarkan versinya Tuhan.

So, mulai sekarang tinggalkan hal-hal yang membuat tidak nyaman dan ambilah kebahagiaanmu sekarang. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun