Mohon tunggu...
Dian Putri Rahayu
Dian Putri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi

Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Keterkaitan antara Pola Asuh dan Inner Child pada Perkembangan Anak

23 Juli 2023   14:25 Diperbarui: 23 Juli 2023   14:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Keterkaitan antara Pola Asuh dan Inner Child pada Perkembangan Anak

 Pola asuh adalah proses meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual anak sejak bayi hingga dewasa. Pola asuh merupakan tanggung jawab besar bagi orang tua karena orang tua adalah guru pertama bagi anak yang belajar banyak hal baik secara akademis maupun dalam kehidupan secara umum. Salah satu pola asuh yang kurang diperhatikan orang tua adalah pola asuh anak luka atau inner child. Inner child harus menjadi topik diskusi penting saat membesarkan anak. Saat dewasa nanti, ketika anak melakukan kesalahan perlu diketahui bagaimana pola asuh yang diberikan orang tua hingga dia bisa melakukan kesalahan tersebut.

Diamond (2008) mengatakan bahwa inner child adalah kumpulan peristiwa baik maupun buruk yang terjadi yang dialami anak, serta membentuk kepribadian anak di masa dewasa. Peristiwa yang terjadi pada anak dicatat agar anak mengingat apa yang mereka pelajari dan apa yang diajarkan bahkan di masa dewasa. Inner child sangat mempengaruhi kepribadian dan sikap seseorang.

Pola asuh yang diduga menimbulkan trauma inner child pada diri seorang anak 

1. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang tidak melihat keinginan anak. Anak-anak dipaksa untuk patuh, dan seringkali dilakukan dengan kekerasan. Pola asuh seperti ini membuat anak merasa sakit hati karena anak membutuhkan kesempatan untuk mengambil keputusan, berinisiatif dan mengembangkan egonya.

2. Pola asuh uninvolid adalah pola asuh yang mengabaikan anak-anak mereka dan orang tua cenderung tidak peduli pada mereka. Dalam hal ini, anak menjadi bingung dan tidak dapat memperkuat perilakunya. Biasanya, remaja yang menggunakan gaya pengasuhan ini mencari validasi dari orang-orang di sekitarnya. Lebih buruk lagi, anak-anak tidak bisa tegas dan tidak stabil dalam pengambilan keputusan saat mereka tumbuh dewasa.


Bagaimana mengatur inner child orang tua dalam mengasuh anak?

1. Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu 

Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu memang tidak mudah, apalagi mengingat kenangan buruk. Sedih, kecewa, marah, takut, kesepian, semuanya menyakitkan. Cobalah untuk menciptakan pola pikir bahwa masa kecil anda sangat bahagia dan penuh cinta. Mulailah memaafkan kesalahan orang tua atau lingkungan kita saat kita masih kecil. Cara ini bisa membuat emosi lebih terkendali. Apalagi ketika orangtua dan anak melakukan kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan di masa lalu, kemampuan kita untuk mengungkapkan perasaan kepada anak bisa berkurang.

2. Cobalah untuk memaafkan dan melepaskan

 Cobalah untuk memaafkan kesalahan orang tua anda di masa lalu. Apa yang mereka lakukan salah bukan berarti mereka tidak mencintai mereka, mungkin terlalu banyak tuntutan hidup yang harus mereka penuhi tanpa memahami cara membesarkan anak yang baik dan layak. Ingatlah bahwa melampiaskan inner child Anda dalam mengasuh hanya memperpanjang rantai. Pastinya tidak baik untuk anak cucu kita nanti.

3. Berikan perhatian penuh dan jadikan kehadiran anak sebagai self-healing

Perhatian, cinta yang tulus, dan mendengarkan imajinasi membantu orang tua menghidupkan kembali semangat masa kecil. Bermainlah dengannya, kagumi imajinasinya, lalu ikuti pemikirannya.

Dampak inner child yang terluka dalam mengasuh anak 

Orang tua dengan inner child yang terluka merasa terbebas dari perasaan tidak menyenangkan sebelumnya. Mereka biasanya secara tidak sadar melakukan hal yang sama kepada anak-anak mereka seperti yang mereka lakukan ketika mereka masih kecil. Jadi pengasuhan akan terus berputar seperti rantai

Misalnya, seorang ibu yang tidak ingin memarahi anaknya seperti orang tua dulu, tetapi setiap kali anaknya tidak mau patuh, tiba-tiba dia mengeluarkan intonasi tinggi dan memarahi anaknya. Perasaan tersebut muncul tanpa disadari, padahal dia tidak ingin memarahi anaknya.

Ciri orang tua dengan inner child yang terluka 

1. Terlalu protektif.

2. Terlalu memanjakan anak.

3. Ledakan emosi yang sering terjadi.

4. Membandingkan masa kecil dengan hari ini.

5. Disiplin dan terlalu keras saat mendidik anak.

6. Memiliki harga diri yang rendah / tidak berharga.

7. Menutup diri dan tidak mempercayai orang lain.

8. Menyakiti diri sendiri dan self-sabotage.

Jika orang tua memiliki sifat-sifat tersebut, maka tidak heran jika orang tua sering meledak-ledak emosinya, terlalu ketat dan overprotektif dalam mendidik anaknya. Atau sebaliknya, terlalu sering lembut dan tidak tegas dalam menetapkan batasan bagi anak.

Cara menyembuhkan inner child yang terluka 

Rininta yang juga Psikolog Klinis anak di Sensory Playhouse mengatakan "Butuh waktu lama bagi inner child yang terluka untuk sembuh. Seperti membentuk inner child.” Namun bukan berarti luka inner child tidak bisa disembuhkan.

Anda bisa menguranginya dengan beberapa cara, antara lain:

• Pahami, terima dan rangkul inner child. Semakin seseorang mencoba untuk menyangkal, menghindari, atau menyembunyikannya, semakin banyak rasa sakit yang berlanjut dan meningkat.

• Dengarkan apa yang dikatakan inner child anda. Anda melakukan ini dengan mendengarkan perasaan inner child anda dan membiarkan diri Anda merasakan perasaan itu.

• Berikan afirmasi kepada inner child, seperti, "Kamu berharga, penuh cinta dan kasih sayang," atau "Tidak apa-apa menunjukkan emosi dan berbicara jujur apa adanya."

• Meditasi.

• Menulis buku harian.

• Konsultasikan dengan terapis atau Psikolog klinis.

"Begitu juga dengan pengasuhan. “Orang tua dengan inner child yang rusak perlu melakukan re-education, yaitu proses pemenuhan kebutuhan emosional di masa kanak-kanak yang belum terpenuhi melalui perawatan diri, sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih bahagia,” kata Rininta.

Masih banyak orang tua yang belum mengetahui apa itu inner child, padahal orang tua harus tahu bagaimana anak memandang dunia, itu juga menentukan bagaimana dia dididik. Sayangnya, tanpa disadari para orang tua masih sering membawa dampak inner child negatif dalam urusan mengurus anak. Salah memilih pola asuh dapat membuat anak bimbang, mereka tidak mampu menciptakan hubungan sosial, mereka memiliki emosi yang tidak stabil sehingga mereka sering tidak mematuhi orang tua mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun