Mohon tunggu...
Sosbud

Solusi yang Penuh Kontroversi

15 Desember 2016   18:40 Diperbarui: 15 Desember 2016   18:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daerah Transmigran (tempo.co)

Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah untuk meratakan persebaran penduduk ke seluruh wilayah di Indonesia, agar tidak hanya terpusat di pulau Jawa dan Bali yang semakin lama semakin padat, terutama di kota-kota besarnya. Menurut data Kemenakertrans, tercatat sudah ada 36.387 orang yang mengikuti program transmigrasi. Para transmigran tersebut tersebar  di daerah tujuan program transmigrasi yaitu pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.

Program transmigrasi sendiri mencari relawan dari sebuah perekrutan secara sukarela bagi orang-orang yang mau menjadi transmigran, yang dapat mendaftarkan diri mereka dengan mudah secara online. Biasanya orang yang mendaftar untuk menjadi transmigran adalah orang-orang yang di daerah asalnya kurang sejahtera dan mengharapkan kemajuan dan kesuksesan secara ekonomi saat berada di daerah tujuan nantinya. Sebelum berangkat, para calon transmigran akan diberi pengetahuan tentang potensi di daerah tujuan mereka, serta diberi perbekalan ilmu dan keterampilan untuk mengembangkan potensi di wilayah tujuan tersebut. Upaya yang juga dilakukan pemerintah utnuk menarik minat masyarakat untuk mengikuti program ini termasuk pemberian lahan, tempat tinggal, hingga pelatihan keterampilan tadi.

 Namun pada pelaksanaannya, program transmigrasi ini tidak semulus dan seindah janji dan bayangan yang digambarkan oleh pemerintah. Konflik antar penduduk pendatang dan penduduk asli kerap terjadi. Perbedaan budaya adalah penyebab yang paling mencolok. Selain itu, penduduk asli kerap merasa tersaingi oleh keberadaan para pendatang dengan berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah untuk para transmigran dan dikhawatirkan akan ‘merampas’ lahan pekerjaan penduduk asli. Pemerintah juga terkesan hanya mementingkan kesejahtaraan pendatang sementara penduduk asli saja masih susah. Oleh karena itu, di beberapa daerah, saat membangun pemukiman baru untuk para pendatang, pemerintah juga menyediakan tempat tinggal baru untuk para penduduk asli yang belum bertempat tinggal layak, agar tidak terjadi kecemburuan antar warga asli dengan para pendatang.

Selain masalah sosial, secara ekonomi juga terjadi masalah salah satunya ialah kegagalan usaha yang dialami olah para pendatang yang diakibatkan oleh kondisi alam yang berbeda, sebut saja jika mereka bertani atau berkebun, tanah di daerah baru tidak sesubur tanah di Jawa dan Bali, sehingga mereka banyak mengalami gagal panen. Faktor kegagalan juga dapat berasal dari individunya sendiri yang mungkin kurang menguasai keterampilan yang sudah diberikan sebelumnya. Masalah lain dapat timbul akibat pembangunan pemukiman baru yang berarti butuh banyak lahan dan akan melakukan pembukaan lahan yang artinya akan merusak lingkungan. Selain itu, lingkungan dan sumber daya alam di daerah tujuan transmigrasi akan berubah akibat pemaanfaatannya yang meningkat.

Untuk menjadi seorang relawan transmigran memang harus berani mengambil resiko. Jika berhasil akan sukses namun bila gagal, bisa membuat kondisi perekonomian bahkan lebih buruk daripada saat sebelum bertransmigrasi. Oleh karena itu, program transmigrasi ini bukanlah program yang mudah untuk dijalankan, apalagi banyak orang sudah nyaman tinggal di pulau Jawa meskipun padat penduduk.

Maka dari itu, dampak program transmigrasi ini masih belum terlalu terasa untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa dan Bali. Tidak bisa dipungkiri daya tarik pulau Jawa terutama DKI Jakarta sebagai ibukota masih tetap kuat bagi masyarakat yang tinggal di luar Jakarta maupun luar pulau Jawa dan membuat banyak orang penasaran untuk mangadu nasib di kota maupun pulau ini sehingga perbandingan jumlah orang yang keluar dan masuk ke pulau Jawa masih belum seimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun