Mohon tunggu...
Dian Andi Nur Aziz
Dian Andi Nur Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Lagi

Karena pelupa maka ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prospek Cerah, Mengapa Petani Bukan Profesi Favorit?

21 Mei 2019   15:51 Diperbarui: 21 Mei 2019   16:14 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian Rizka Lovea (2015) menunjukkan pemuda masih memiliki persepsi buruk terhadap pertanian. Mereka melihat kesejahteraan petani dan keuntungan dari pertanian tidak menarik. Persepsi rendah bisa jadi wajar di mata para pemuda. Pertanian identik dengan kemiskinan dan kelompok rentan. Padahal begitu banyak keluarga sejahtera dari pertanian.

Banyak petani muda yang sukses dari agribisnis. Bahkan menurut Forbes, 5 dari 10 orang terkaya di Indonesia sukses dari pertanian. Mereka diantaranya adalah Chairul Tanjung, Bachtiar Karim, dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja.

Pertanian tidak bisa dianggap sepele. Kontribusi pertanian terhadap PDB sangat besar. Begitu pula banyak contoh sosok yang sukses dari pertanian. Maka sebenarnya sektor ini bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Persepsi negatif terhadap pertanian membuat anak muda tidak tertarik dengan pertanian.

 Mengubah Persepsi

Persepsi terhadap pertanian harus diubah. Bila tidak maka Indonesia akan kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian. Efeknya tentu pada produktivitas pertanian di masa depan. Jangan sampai Indonesia bergantung pada impor komoditas pertanian karena kurangnya pasokan dari dalam negeri.

Persepsi dibentuk dari paparan informasi yang banyak secara terus menerus. Semakin sering dan semakin banyak anak muda menerima informasi tentang profesi di bidang pertanian maka makin baik baik persepsi terhadap petani (Rizka Lovea, 2015). Rendahnya informasi tentang pertanian maka rendah pula minat anak muda terhadap kegiatan pertanian. Persepsi makin buruk ketika orang tua baik yang bekerja dibidang pertanian maupun nonpertanian tidak ingin menginginkan anaknya menjadi petani (Werembinan, 2018).

Media Sosial

Kunci untuk mengubah persepsi adalah dengan menyodorkan tentang prospek cerah pertanian masa depan. Petani yang identik dengan kemiskinan adalah keliru. Buktinya sektor ini memberikan kontribusi yang besar pada PDB Indonesia. Yang diperlukan saat ini adalah bagaimana mengubah cara bertani menjadi lebih modern. Dengan demikian maka akan muncul nilai positif terhadap pertanian.

Generasi saat ini terbiasa dengan budaya internet. Anak muda saat ini tidak bisa lepas dari internet dan media sosial. Internet bahkan mulai bergeser menjadi salah satu kebutuhan pokok. Anak muda lebih mudah menerima informasi yang diterima melalui media sosial

Sarana media sosial menjadi tumpuan utama untuk menyalurkan informasi tentang persepsi pertanian. Saluran informasi yang terbukti efektif adalah melalui media internet. Sosialisasi tidak bisa lagi konvensional tatap muka melalui penyuluhan model lama. Materi tentang sosok inspiratif dan pertanian modern perlu diperbanyak diperbincangkan media sosial.

Lebih dari setengah dari penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Dari seluruh penduduk Indonesia 150 juta jiwa atau sekitar 56% di antaranya adalah pengguna media sosial aktif (Hootsuite, 2019). Hampir setengah dari penduduk Indonesia mengakses media sosial dari telepon selular. Sebagian besar dari mereka hampir setiap hari menggunakan internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun