Mohon tunggu...
Dian Abdul Rohman
Dian Abdul Rohman Mohon Tunggu... -

dian.abdulrohman18.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penantian Panjang Sang Pemenang

1 Desember 2015   21:38 Diperbarui: 1 Desember 2015   22:07 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tidak seperti biasanya hari itu aku pulang agak sore. Sekitar jam enam sore. Berjalan dari tempat magang atau kalau di daerahku lebih sering di sebut PKL (Praktek Kerja Lapangan). Berjarak sekitar kurang lebih 3 kilometer ke jalan yang di lalui bus lumayan menguras sisa tenaga. 

Tepat di pinggir jalan aku menunggu bus lewat di temani beberapa pedagang kaki lima yang sibuk dengan urusannya sendiri. Sekitar setengah jam sudah aku menunggu, rokok pun sudah habis dua batang namun bus belum juga datang. 

Aku anak STM Negeri yang pada saat itu masih kelas dua semester kedua. Aku sama halnya dengan kebanyakan anak - anak STM lainnya, mulai kecanduan rokok ( jangan di tiru ya! Khusus untuk kalian yang masih minta jajan sama ortu.) Untuk urusan rokok, aku tidak pernah minta sama kedua orang tuaku, aku kadang ikut paman bekerja serabutan. Apa yang bisa aku kerjakan ya aku lakukan. 

"Lumayan lah tambah - tambah." Pikirku. 

Namun untuk yang namanya Miras sama Narkoba, aku nggak akan pernah menyentuh apalagi mau mencoba. 

Tiba - tiba bus pun datang, kulihat sebelum bus itu berhenti ada seoarang perempuan yang tidak asing bagiku. Kulihat sekilas dari pinggir - pinggir kaca bus, dia sempat menoleh ke arahku. Dia berada di kursi depan pintu yang di belakang. 

Bus kemudian berhenti, aku sengaja naik dari pintu belakang untuk memastikan apakah benar perempuan itu yang selama ini aku tunggu. 

"Terus - terus!" Teriak kondektur dari kursi belakang. 

Aku duduk di belakang peremouan itu, namun posisiku ada di sebelah kanan dia. Ketika kindektur meminta ongkos pada semua penumpang yang kebetulan atau entah keberuntungan tengah menghampiriku. Karena kondisi saat itu bus sedikit penumpang.  

Dia pun menoleh kebelakang. Ternyata benar, dia adalah yang selama ini aku tunggu. Perasaan antara senang, ingin menyapa, dan  rasa malu bercampur dan terus berperang dalam hati. 

Sambil memberanikan diri aku menghampirinya yang sedang duduk sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun