Mohon tunggu...
Diana Ratna Saputri
Diana Ratna Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Author

Story Maker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sampai Jumpa

29 Oktober 2020   09:30 Diperbarui: 29 Oktober 2020   09:43 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kusapa teman sebangku ku yang bernama Sofi. Dan dia membalas sapaanku dengan tersenyum dan melambai kepadaku. Hari ini aku tidak banyak berbicara, sampai sampai Sofi mengkhawatirkanku.

" Kenapa kamu begitu pendiam hari ini?" tanyanya dengan nada suara yang sedikit khawatir.

"Aku tidak apa-apa Sofi, hanya saja pagi ini aku merasa gelisah" kuceritakan semua kegelisahannya padanya hingga wajah ibuku yang terlihat lebih bersinar hari ini.

"Tak apa, tak usah dipikirkan. Mungkin itu karena kamu banyak pikiran akhir akhir ini" kulakukan apa yang dikatakan oleh Sofi.

Siang ini saat pelajaran bahasa Indonesia akan dimulai, kakakku datang kekelasku dan langsung menyuruhku untuk berkemas. Aku langsung melaksanakan tanpa bertanya apapun setelah melihat raut wajah kakakku yang berkaca. Kulangkahkan kakiku mengikuti kakakku yang masih menggenggam tanganku.

Dimobil kami hanya berdiam dan tidak bersuara. Aku juga tak ingin mencairkan suasana karena aku tau ada hal yang tidak baik sekarang. Setelah tiba dirumah, banyak sekali orang yang berdatangan dan memakai pakaian hitam. Aku langsung turun dari mobil saat berhenti dan langsung berlari menuju rumah.

Didalam rumah aku melihat ayah dan tanteku yang menangis sambil menatap seseorang yang tertidur diselimuti oleh kain jarik. Ayah langsung memelukku begitu aku tiba di sampingnya.

"Ayah, siapa ini? Kenapa ayah menangis?" suara tangisan ayah malah terdengar lebih keras. Aku langsung membuka kain yang menutupi seseorang dan langsung jatuh terduduk begitu tahu siapa yang terbujur kaku dihadapanku.

"Ayah kenapa ibu disini, ayah" aku langsung menangis begitu tahu jika ibulah yang sosok yang terbaring disana. Kakakku langsung memelukku erat dan berusaha menenangkanku walau diapun juga menangis.

Kulepaskan pelukan kakakku dan langsung memeluk ibu dan terus memanggil nama ibuku. Berharap ibuku akan terbangun dan balas memelukku. Tapi itu hanya harapanku saja, nyatanya ibu tetap menutup mata dengan damai disana.

Setelah agak tenang, aku melihat lagi wajah ibu untuk terakhir kalinya. Wajah ibu masih terlihat bersinar seperti tadi pagi. Dia memejamkan mata dengan tersenyum seakan-akan dia sudah tahu kalau hari ini dia akan pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun