Mohon tunggu...
Diana Widayati
Diana Widayati Mohon Tunggu... Penjahit - Menulis untuk berkarya

Dampit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Baby Boom dan Pengangguran di Masa Pandemi Covid-19

25 Oktober 2020   22:00 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:02 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

FENOMENA BABY BOOM DAN PENGANGGURAN DI MASA PANDEMI COVID -- 19

            Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai gejala berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID -- 19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi seelumnya pada manusia. Adapun hewan yang menjadi sumber penularan COVID -- 19 ini masih belum diketahui (Kemenkes 2020).

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan atau Public Health Emergency of International Concern (KKMMD atau PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID -19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes,2020).

Pandemi COVID -- 19 membawa berbagai dampak masalah di berbagai bidang kehidupan, baik dari bidang ekonomi sampai pendidikan. Hal ini bisa dirasakan langsung oleh berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari tingkat kemiskinan yang bertambah, kebutuhan pangan yang berkurang, hingga PHK sepihak yang dilakukan oleh beberapa instansi pekerjaan terhadap beberapa orang, ataupun pengurangan gaji karyawan untuk strategi instansi atau perusahaan tetap bertahan hidup. Hal ini bisa menyebabkan bertambahnya pengangguran. Terkadang penyebab pengangguran di masa pandemi bukan disebabkan oleh tidak adanya niat untuk mencari pekerjaan lain. Tetapi karena pekerjaan yang diminati seperti pekerjaan di luar rumah memang sedang menutup diri karena beberapa alasan tertentu. Penyebab lain pemicu bertambahnya pengangguran di berbagai wilayah di Indonesia dikarenakan hanya ada pekerjaan yang berbasis online yang mengharukan pegawai harus lihai menggunakan media elektronik dan tentunya memiliki kuota internet. Pengangguran tidak hanya terjadi karena PHK, seperti halnya di Desa Pamotan pengangguran terjadi karena banyak buruh yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi ini, beberapa peternak ayam potong mengalami gulung tikar, pembuat batu bata harus mengalami penurunan tajam pada penjualan batu bata, dan juga banyak petani sayur yang rugi karena beberapa harga sayuran rendah. Selain menyebabkan pengangguran, hal ini juga berdampak pada kemiskinan dan krisis ekonomi lainnya. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan jumlah kemiskinan dan berkurangnya bahan pangan yakni dengan memberikan bantuan berupa sembako dan sejumlah uang, namun upaya tersebut belum juga bisa mengendalikan kemiskinan dan berkurangnya pangan. Hal ini membuat beberapa orang untuk beralih pekerjaan ke budi daya tanaman hias, budidaya ikan konsumsi, dan juga membuat produk makanan rumahan seperti krupuk dan juga makanan lainnya, hal ini dilakukan demi memenuhi kelangsungan hidup masyarakat sekitar.

Lepas dari masalah pengangguran, dampak COVID -- 19 juga berdampak pada tingginya angka kelahiran. Hal ini membuat perhatian khusus juga dari pemerintah terkait layanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi. Tingginya angka pernikahan usia dini bisa berdampak pada tingginya angka kelahiran bayi, selain pernikahan dini kebijakan tinggal di rumah dan bekerja dari rumah dalam mencegah penyebaran COVID -- 19 juga berpotensi terhadap bertambahnya angka kehamilan yang tinggi. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan tingginya angka kelahiran bayi adalah dengan menyarankan pasangan usia subur untuk menunda kehamilan, hal ini karena usia kehamilan muda memiliki resiko tinggi terpapar COVID -- 19, karena daya tahan tubuh menurun. Disini pemerintah daerah dan BKKBN memiliki inisiatif untuk melakukan pelayanan KB dan juga penyuluhan kepada para remaja tentang generasi berencana dan juga pentingnya pengetahuan wawasan tentang kesehatan reproduksi dan wawasan pra nikah sampai terjun ke dalam kehidupan rumah tangga.

Kebijakan pemerintah saat ini dalam penanggulangan COVID -- 19 merupakan pilihan yang tepat, antara lain seperti penerapan PSBB dan tes cepat secara massal. Keberhasilan kebijakan pemerintah tersebut memang sangat tergantung pada kedisiplinan penduduk dan masyarakat. Sayangnya, masih banyak penduduk yang kurang memahami dan tidak disiplin melaksanakan anjuran pemerintah. Hal ini dipengaruhi berbagai kendala seperti masih rendahnya tingkat penduduk dan kebutuhan ekonomi yang mendesak terkait pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat. Untuk itu pemerintah harus selalu mengadvokasi penduduk untuk mengakumulasi pemahaman dalam penanggulangan COVID -- 19 yang ramah penduduk serta menyiapkan program -- program untuk membantu kondisi ekonomi penduduk dan memberikan layanan kesehatan yang memadai untuk mengendalikan angka kelahiran dan kematian yang di dalam masyarakat.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun