Mohon tunggu...
Ahmad Sofyan
Ahmad Sofyan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Arsitek dan desainer web freelance yang suka nulis dan ngeblog. Mantan kolumnis majalah INTELIJEN.\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Barack Obama dan Joko Widodo (Beberapa Kesamaan)

22 Juni 2014   01:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frank Marshall Davis, aktivis komunis dan mentor politik Obama

Selalu menarik mencermati serunya persaingan dua kandidat Capres RI 2014 ini, antara Jokowi (Joko Widodo) dengan H. Prabowo Subianto. Tetapi ketika nama Jokowi muncul, ada beberapa fakta menarik yang membuat saya menelurkan tulisan ini.

Meski keinginan mewujudkan tulisan ini sudah ada jauh-jauh hari, sebelum Jokowi menyatakan diri siap maju di Pilpres, tetapi karena kesibukan, tulisan ini baru bisa maujud sekarang.

Beberapa hal yang membuat saya tertarik dengan Jokowi ini terutama karena asumsi, pembentukan psikologi, opini, maupun citra yang begitu positif. Dan saya pun teringat ketika pertama kali Obama manggung dan mencalonkan diri, yang ternyata antara kedua tokoh tersebut ada beberapa kesamaan yang saya rangkum secara singkat di sini.

Berikut kesamaan antara Barak Obama dengan Jokowi

1.Dipandang Sakral, memiliki anugrah ilahiyah (langit), nyaris suprahuman (diatas manusia biasa).

Ketika Barack Obama maju dalam pencalonan Presiden USA 2008 lalu, ada banyak pencitraan positif yang menyebutnya sebagai “bukan manusia biasa”, ini bisa dilihat dari beberapa gambar berikut ini.

Digambarkan Penguasa yang memiliki sifat ketuhananan/Dewa

[caption id="" align="aligncenter" width="258" caption="Poster kampanye Obama yang menyanjungnya secara berlebihan"][/caption]

Ini adalah salah satu contoh poster kampanye Barack Obama tahun 2008 yang mengajak pada logika kultus dan pemujaan berlebihan.

Obama pun diyakini sebagai Messiah, Juru Selamat, atau Ratu Adil

[caption id="" align="aligncenter" width="253" caption="Obama adalah Ratu Adil Amerika?"]

Obama adalah Ratu Adil Amerika?
Obama adalah Ratu Adil Amerika?
[/caption]

Tetapi kemudian, ketika Obama telah mejabat orang tertinggi di Amerika, logika itu mulai dipertanyakan. Perhatikan sampul majalah Newsweek 22 November 2010 di bawah ini dengan tajuk besar “GOD OF ALL THINGS. WHY THE MODERN PRESIDENCY MAYBE TOO MUCH FORONE PERSON TO HANDLE” yang memperlihatkan Obama sebagai makhluk setengah dewa dengan pose mirip dengan Dewa Syiwa, yang mengurusi banyak hajat manusia, termasuk hajat planet bumi. Cover itu sekaligus mempertanyakan kemampuan atau kapasitas Obama dalam menjalankan tugasnya.

Cover ini sempat memancing kemarahan umat Hindu di Amerika, karena posenya yang terlalu identik dengan Dewa Syiwa.

Saking dianggap setengah suci, penuh citra positif, memiliki kekuatan suprahuman, pendukung Obama mudah marah dan selalu memandang setiap kritik atau ketidaksetujuan terhadap Obama adalah PENGHINAAN. Lihat saja gambar di bawah

[caption id="" align="aligncenter" width="197" caption="Fanatik pada tokoh "suci""][/caption]

Lalu Bagaimana dengan Jokowi?

Di berbagai media muncul pernyataan bahwa Jokowi adalah Satrio Piningit, Ratu Adil, Ken Arok dan sejumlah pujian yang menyandangkan Jokowi sebagai BUKAN MANUSIA BIASA.

Perhatikan beberapa pernyataan berikut:

Arswendo: “Jokowi itu anugrah Tuhan” (merdeka.com)

Suhardiman (pendiri Golkar), “Ciri-ciri Satrio Piningit Ada Pada Jokowi” (tribunnews.com)

"Jokowi ini saya pikir merupakan sosok pemimpin yang jarang hadir di muka bumi dan tiba-tiba jatuh dari langit," ujar Ketua MPR Sidarto Danusubroto (kabar24.com)

Politisi PDIP Malang, "Bukan Hanya Satrio Piningit, Jokowi Layak Disebut Ken Arok" (kompas.com)

Di Bandung, Jokowi diteriaki “Ratu Adil”, bahkan dalam iklan kampanye nya pun, TimSes Jokowi memastikan Ratu Adil itu Jokowi.

[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Iklan kampanye Ratu Adil itu Jokowi"]

Iklan kampanye Ratu Adil itu Jokowi
Iklan kampanye Ratu Adil itu Jokowi
[/caption]

Bahkan disebut-sebut Jokowi telah mendapat restu Nyai Roro Kidul untuk nyapres di 2014 ini. Hebatnya, rohaniawan Rohaniwan Aloys Budi Purnomo, Prdalam tulisannya yang berjudul Jesus, Jokowi, dan Keselamatan Rakyat, mengulas kesamaan dan perbedaan antara Jesus dan Jokowi. (Baca: Jesus, Jokowi, dan Keselamatan Rakyat)

Saya termasuk yang percaya akan kedatangan Satrio Piningit, tetapi saya tidak percaya atau meyakini bahwa Jokowi maupun Prabowo adalah Satrio Piningit, ini karena beberapa alasan :

Satrio Piningit (SP) muncul di akhir zaman kalabendhu. SP muncul melalui proses sejarah, bukan melalui kampanye parpol atau iklan media. Kemunculannya mirip dengan kemunculan Soekarno yang hadir dalam situasi kritis. Jadi SP tidak woro-wiri mengenalkan dirinya, memajang survey dan elektabilitasnya, tetapi ketika saatnya tiba, publik akan mengetahui dan merasakan keberadaannya. Intinya, SP tidak lahir dari proses politik yang normal.

Dan kalabendhu yang dimaksud adalah huru-hara besar. Menurut hemat saya, sekarang ini memang termasuk era kekacauan, tetapi belum terjadi kalabendhu/huru-hara besar di seluruh Nusantara.

Malah saya berpandangan, justru di kepemimpinan Presiden nanti, akan dimulai era huru-hara yang terjadi karena banyak faktor, baik internal-maupun eksternal.

Bagi saya, menganggap Jokowi sebagai Satrio Piningit adalah salah kaprah, dan berlawanan dengan hukum sejarah.

Menanggapi penggelembungan opini, persepsi atau citra Jokowi adalah Ratu Adil, peneliti Riset Cyrus Network, Eko David Dafianto mengatakan, "Masyarakat terperangkap di antara realitas dan mitos tentang seorang pemimpin seperti Jokowi,"

Eko mengatakan pemimpin yang baik dan berprestasi termasuk mantan Walikota Solo itu tetap membutuhkan kritik. Bahkan, kata dia, Jokowi juga harus membuka ruang untuk kritik secara luas.

"Publik harus disadarkan bahwa Jokowi itu tetap manusia biasa, bukan ratu adil atau tokoh serba bisa yang akan menyelesaikan seluruh persoalan melalui tangannya," ujarnya.

Saya khawatir, seluruh harapan besar, seluruh citra positif, jika dikreasi secara berlebihan dan irasional akan melahirkan kultus dan sikap anti kritik, baik dari Jokowi sendiri maupun pengikutnya. Biasanya pola-pola pengikut seperti itu cenderung taqlid (taat tanpa pengetahuan dan proses penalaran), fanatisme buta/sempit, dan emosional. Begitu pula pada sisi tokoh yang dikultuskannya, ia cenderung sentralistik, feodal, dan a-sosial.

"Kalau mengkritik Jokowi seperti mengkritik dewa, sudah tidak sehat," tegas Hamdi Muluk, Pakar Psikologi Politik UI.

Dan ini akan mengulang pemujaan atau kultus terhadap Megawati tempo hari, perhatikan gambar di bawah:

[caption id="" align="aligncenter" width="312" caption="Kultus terhadap Megawati"]

Kultus terhadap Megawati
Kultus terhadap Megawati
[/caption]

Demokrasi adalah proses politik yang sebenarnya menjadikan nalar sebagai basis dalam menimbang dan memilih, tetapi ternyata di Indonesia, termasuk Amerika, aspek mitologi masih dikedepankan. Ini tidak sehat bagi pendidikan politik rakyat dan langkah mundur demokrasi.

2.Sama-sama didukung oleh kelompok ideology KIRI (Komunis, Sosialis)

Diakui atau tidak, Obama banyak didukung oleh kelompok kiri atau komunis Amerika. Hal ini dikarenakan pertama, Obama sejak mahasiswa merupakan pengagum ide-ide sosialisme. Bahkan menurut Dr John C. Drew rekan kuliah Obama di Occidental College, “Obama muda adalah seorang Marxist Leninist.”

Mentor politik sekaligus teman muda Obama adalah seorang aktivis Komunis (CPUSA-Communist Party of USA), Frank Marshall Davis, dalam bukunya, Dreams From My Father, Obama mengaku menjalin kedekatan dengan Davis sejak mereka di Hawaii. Dalam bukunya pun, Obama mengakui sering menghadiri pertemuan-pertemuan aktivis sosialis.

[caption id="" align="aligncenter" width="190" caption="Frank Marshall Davis, aktivis komunis dan mentor politik Obama"]

Frank Marshall Davis, aktivis komunis dan mentor politik Obama
Frank Marshall Davis, aktivis komunis dan mentor politik Obama
[/caption]

Bahkan Maya Soetoro-Ng, sodara tiri Obama sendiri menyebut hubungan Obama dengan Davis adalah “Hubungan Kunci/Penting” (Telegraph, 22 Agustus 2008).

Koneksi komunis Obama tidak hanya melalui Frank Marshal Davis, tetapi kemudian berkembang dan berhubungan dengan Addie Wyatt dan Vernon Jarrett. Wyatt adalah salah seorang orang dekat Marthin Luther King, baik Wyat dan King sama-sama pengagum komunisme. Vernon sendiri seornag jurnalis pro-komunis di Chicago.

Ketika mencalonkan diri sebagai Senat tahun 2004, Obama mendapat dukungan dari CPUSA, Young Communist League, dan disokong dua tokoh komunis senior Chicago: suami istri Bea Lumpkin dan Frank Lumpkin.

[caption id="" align="aligncenter" width="310" caption="dukungan untuk Obama dari komunis Amerika"]

dukungan untuk Obama dari komunis Amerika
dukungan untuk Obama dari komunis Amerika
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="321" caption="Dukungan untuk Obama dari komunis Amerika"]
Dukungan untuk Obama dari komunis Amerika
Dukungan untuk Obama dari komunis Amerika
[/caption]

Sumber :

CPUSA: Special District Meeting on African American Equality, Oct. 23, 2007 (archived as at Dec. 30, 2007 at Web Archive and accessed on Nov. 10, 2010)http://web.archive.org/web/20071230213641/http://www.cpusa.org/article/articleview/858/1/39/

CPUSA: Special District Meeting on African American Equality, Oct. 24, 2007 (accessed on Nov. 10, 2010) http://www.cpusa.org/special-district-meeting-on-african-american-equality/

[caption id="" align="aligncenter" width="269" caption="Sekber kampanye Obama di Chicago. Gambar Obama berdampingan dengan gambar Che Guevara"]

Sekber kampanye Obama di Chicago. Gambar Obama berdampingan dengan gambar Che Guevara
Sekber kampanye Obama di Chicago. Gambar Obama berdampingan dengan gambar Che Guevara
[/caption]

Lalu bagaimana dengan Jokowi?

Diakui atau tidak, kali ini di belakang Jokowi berkumpul tokoh-tokoh kiri dari berbagai aliran, mulai dari yang radikal (Marxis-Leninis) hingga yang moderat (Sosialis). Sebut saja nama-nama seperti

Budiman Soedjatmiko (Marxis)

Ribka Tjiptaning Ploretariyati (Marxis)

Goenawan Muhammad (Sosialis-Demokrat/sosdem)

Fajdroel Rachman (sosialis)

Budiman adalah mantan ketua PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang kini aktif di PDIP. PRD adalah organisasi politik yang berhaluan marxis. Ketika era reformasi dulu (98-99), PRD ini banyak memiliki organisasi underbouw, seperti JAKKER (Jaringan Kesenian dan Kebudayaan Rakyat), SMID (Serikat Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi). Mereka pun banyak membina organ gerakan yang memiliki haluan serupa seperti FAMRED dan FORKOT. Di FORKOT inilah Adian Napitupulu dulu bernaung pada tahun 1998.

[caption id="" align="aligncenter" width="144" caption="Budiman Sudjatmiko. Mantan ketua PRD, kini pengurus PDIP"][/caption]

Ribka Tjiptaning Proletariyati, kini anggota Komisi IX DPR-RI dari Fraksi PDIP dan untuk 2014-2019 dia kembali lolos ke senayan. Ribka inilah yang ketika tahun 2002 dulu menerbitkan buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI, terbit tepat tanggal 1 Oktober 2002, semasa dia masih menjadi anggota DPRD Jawa Barat dapil Sukabumi.

Dan yang mengejutkan, Ribka membuat sebuah pengakuan pada pemilu 1999, sekitar 20 juta anak PKI mencoblos PDIP.

Ribka Tjiptaning, PDIP yang Neo-PKI
Ribka Tjiptaning, PDIP yang Neo-PKI
Ribka Tjiptaning, PDIP yang Neo-PKI

[caption id="" align="aligncenter" width="269" caption="Aku Bangga Jadi Anak PKI. Buku Ribka Tjiptaning. "]

Aku Bangga Jadi Anak PKI. Buku Ribka Tjiptaning. Ribka tidak pernah dimintai keterangan oleh aparat. why?
Aku Bangga Jadi Anak PKI. Buku Ribka Tjiptaning. Ribka tidak pernah dimintai keterangan oleh aparat. why?
[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="262" caption="Anak PKI Masuk Parlemen. Buku Ribka lainnya"]

Anak PKI Masuk Parlemen. Buku Ribka lainnya
Anak PKI Masuk Parlemen. Buku Ribka lainnya
[/caption]

Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari (Oneng)

[caption id="" align="aligncenter" width="326" caption="Oneng, yang sebenarnya tidak O-on"]

Oneng, yang sebenarnya tidak O-on
Oneng, yang sebenarnya tidak O-on
[/caption]

Tahun 2011 ia menghidupkan kembali yayasan UNSERA (Universitas Seni Rakyat) dan menjadi pengurus sampai sekarang. UNSERA adalah lembaga pendidikannya PKI

Rieke Diah Pitaloka sejak tahun 2002, beraliansi dengan kelompok buruh FNPBI (Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia), sebuah

Oneng adalah putera dari Edi Prayitno SH. Edy Prayitno, SH adalah eks CGMI (Corp Gerakan Mahasiswa Indonesia) tahun 1965 yang merupakan organisasi mahasiswa underbow PKI.

Selain sebagai Eks Barisan Soekarno Angkatan 1965, juga sebagai tokoh dan kader PNI ASU (PNI Ali Surachman) yang merupakan organisasi underbow/pendukung PKI dari  jalur intelektual

Beberapa kesaksian tentang Edy Prayitno, SH terkait keterlibatannya dalam PKI, yaitu:

1) Bpk. Gorma Hutajalu (Eks tahanan Pulau Buru), menyampaikan bahwa dirinya adalah teman dekat Edy Prayitno, SH yang sama –sama aktif di CGMI tahun 1965

2) Bpk. Enog (80 tahun, eks tahanan Pulau Buru dan mantan Ketua Fraksi PKI tahun 1965 Kab. Garut), alamat Leuwigoong Kab. Garut menyampaikan bahwa pasca kejadian PKI, dirinya yang mengamankan dan menyelamatkan Edy Prayitno, sehingga terselamatkan dan tidak ikut ditahan di Pulau Buru. Menjelang Pemilukada Gubernur/wagub Jabar, Ybs pernah diundang oleh Rieke Diah Pitaloka (Oneng) ke Jakarta untuk silaturahmi dan diduga kuat untuk suksesi Pemilukada Jabar dan mengamankan ayahnya (Edy Prayitno,SH) dari keterkaitan PKI

3) Bpk. Edi Sugiyanto (saat ini menjabat Sekretaris DPP YPKP’65), menyampaikan bahwa dirinya dengan Edy Prayitno adalah sama-sama aktif di CGMI 1965 dan ketika masa Orde Baru Edy Prayitno masuk ke Partai Golkar serta merangkap sebagai pengacara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun