Mohon tunggu...
Diah Woro Susanti
Diah Woro Susanti Mohon Tunggu... blogger

Penulis lepas dan blogger yang gemar berbagi cerita tentang gaya hidup, kuliner, travelling dan edukasi sosial. Aktif menulis untuk mendukung program Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag RI, khususnya dalam edukasi keluarga dan bimbingan perkawinan serta informasi terkini. Semoga bisa menginspirasi dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Harus Mahal, Ini Tips Liburan Keluarga Anti Boncos Keluarga Saya

30 Mei 2025   09:54 Diperbarui: 30 Mei 2025   09:54 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, liburan mungkin terasa biasa saja. Tapi bagi saya dan keluarga, liburan adalah sesuatu yang mewah, baik secara biaya maupun kesempatan. Mewah karena kami tidak terbiasa melakukannya. Mewah karena tidak mudah untuk meluangkan waktu, apalagi uang, hanya untuk "berlibur".

Saya lahir dari keluarga pedagang kelontongan. Ayah dan ibu saya adalah pekerja keras yang nyaris tak kenal libur. Bahkan saat Lebaran di era 80-an, yang dulunya benar-benar hari raya di mana semua toko tutup namun mereka tetap membuka usaha. Bukan karena tak menghargai momen sakral, tapi karena kebiasaan kuat untuk tidak menyia-nyiakan peluang rezeki. Kata bapak, "Rezeki bisa datang kapan saja. Tugas kita cuma siap sedia."

Kebiasaan itu, pelan-pelan, menurun ke saya. Saya tumbuh dengan keyakinan bahwa semua hari adalah peluang kerja. Kalau ada waktu luang, manfaatkan untuk cari cuan. Kalau bisa tetap produktif di hari Minggu, kenapa harus leha-leha?

Tapi, semua berubah setelah punya anak. Saya tersadar bahwa waktu adalah hal yang tak bisa dibeli. Hati saya mencelos tiap kali anak-anak mulai paham bahwa orang tuanya terlalu sibuk. Saya bekerja dari Senin sampai Sabtu, dan saat Minggu tiba, saya justru merasa ingin rehat total. Padahal bagi mereka, Minggu adalah waktu terbaik untuk bersama orang tua.

Keinginan untuk menghadirkan momen spesial bagi anak-anak kerap terbentur realita: biaya. Liburan berarti pengeluaran ekstra, sementara dalam pengaturan bulanan, pos seperti cicilan rumah, gaji ART, biaya sekolah, transportasi, dan kebutuhan pokok sudah menyita hampir seluruh anggaran. Tak ada slot khusus untuk "liburan keluarga".

Lalu, bagaimana caranya agar bisa menciptakan momen liburan, tanpa bikin kantong jebol?

1. Ubah Mindset: Liburan Tak Harus Mahal. 

Dulu saya pikir, yang namanya liburan itu harus ke luar kota, pergi ke tempat-tempat wisata populer, menginap di hotel, dan makan di restoran walaupun cuma sekelas outlet Fried Chicken. Tapi ternyata, anak-anak justru bisa bahagia dengan hal-hal sederhana. Mereka senang saat diajak jajan bakso, main di taman kompleks, atau sekadar piknik bawa tikar dan bekal sendiri. Yang mereka butuhkan bukan tempat mewah, tapi perhatian dan kehadiran orang tuanya. 

2. Manfaatkan Tempat Umum yang Terjangkau (Zaman Dulu Belum Ada Event Gratisan). 

Tahun 2000-an, saat anak-anak saya masih kecil, belum ada Instagram yang bisa kasih informasi event gratisan, belum ada aplikasi yang merangkum agenda event akhir pekan. Jadi kami harus lebih kreatif mencari hiburan murah meriah. Kami naik angkot ke museum, atau berkunjung ke rumah saudara yang punya kolam renang. Kadang, sekadar ke pinggiran bandara Soekarno Hatta dan melihat dari pagar pesawat mau lepas landas pun sudah cukup bikin mereka heboh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun