Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Bangunan Ikonis Soeracarta: Para Saksi Bisu Pengukir Sejarah

23 Agustus 2022   23:12 Diperbarui: 28 Agustus 2022   00:33 2231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
area antara gapura Gladag pertama dan kedua dahulu digunakan sebagai tempat hewan hasil perburuan Sang Raja| dokumentasi pribadi

Seiring berjalannya waktu, Kanjeng Sinuhun PB X kemudian berinisiatif untuk mendirikan pasar Gede. Pembangunan pasar melibatkan arsitek Belanda, Thomas Karsten. Dari semenjak awal berdiri, pasar tersebut dibangun bertingkat. So, inilah yang kemudian menjadikan pasar tersebut sebagai pasar bertingkat pertama di Indonesia Kota Surakarta.

tampakan pasar Gede di pagi hari |dokumentasi pribadi
tampakan pasar Gede di pagi hari |dokumentasi pribadi

Pengerjaan pasar dimulai pada bulan Januari 1927. Beton dan material yang dibutuhkan oleh Karsten didatangkan dari Hollandsche Betonmaatschappij.

Beberapa tahun kemudian PB X memilih tanggal 13 Januari 1930 sebagai hari baik untuk meresmikan pasar menurut perhitungan Jawa. Meski pada saat itu pembangunan pasar belum juga usai. 

Pasar Gede dalam perjalanannya di kemudian hari digunakan sebagai alat adu domba oleh Belanda. Sehingga mengakibatkan konflik antar ras yang hingga pasca perang kemerdekaan Indonesia aroma gesekan antar ras dan suku masih saja menjadi pemantik kuat konflik antar warga.

Sebagaimana arsitektur Belanda pada umumnya, Pasar Gede Hardjonegoro dirancang menggunakan sirkulasi udara dan alur pencahayaan alami. Terlihat dengan jelas dari bangunan pasar yang pada tahun 1949 telah direnovasi ulang oleh pemerintah Indonesia akibat perusakan oleh Belanda pada masa perang kemerdekaan.

Di sebelah selatan pasar kita dapat menjumpai bangunan bernuansa Tionghoa. Didominasi cat berwarna merah, berdiri begitu unik: Klenteng Tien Kok Sie berhimpitan dengan bangunan modern dengan konstruksi yang lebih tinggi. 

Klenteng Tien Kok Sie pada saat sebelum pandemi sering mengadakan pertunjukan wayang potehi |dokumentasi pribadi
Klenteng Tien Kok Sie pada saat sebelum pandemi sering mengadakan pertunjukan wayang potehi |dokumentasi pribadi

Konon, sebelum menjadi tempat ibadah resmi umat Tridharma (Budha, Konghucu, dan Taoisme) klenteng Tien Kok Sie merupakan rest area bagi para warga Tionghoa yang baru saja turun merapatkan kapalnya di pinggir Sungai Pepe. 

Keberadaan altar Thian Sian Sing Bo atau Dewi laut menjadi bukti bahwa pada masa dahulu Soeracarta merupakan kota pelabuhan. Masyarakat Tionghoa memuja Dewi Laut. Mereka bersembahyang supaya diluputkan dari marabahaya pada saat berlayar.

#3 Benteng Vastenburg

bagian depan benteng Vastenburg| dokumentasi pribadi
bagian depan benteng Vastenburg| dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun