Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Fortunata Syndrome, Adakah Cinta Sejati dalam Perselingkuhan?

22 Februari 2022   04:00 Diperbarui: 12 April 2022   10:16 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fenomena fortunata syndrome| Sumber: Prostock-Studio via parapuan.co

Tentu saja, cinta yang terjalin antara wanita dengan ketergantungan pada perilaku sindrom fortunata ini dengan pasangan selingkuhnya bukanlah cinta yang sehat. 

Meskipun ada dorongan yang begitu kuat dalam diri si wanita untuk menjalin hubungan perselingkuhan tersebut dalam jangka panjang. 

Hal ini terjadi karena adanya obsesi dari para penyintas sindrom fortunata. Obsesi merupakan pikiran yang tidak kita inginkan, namun ada terus-menerus dalam kesadaran kita. Meskipun kita tidak menyukai pikiran tersebut, namun kita tidak dapat menghilangkannya. 

Selain hal tersebut, biasanya wanita dengan ketergantungan jenis ini melakukan perselingkuhan hanya untuk menunjukkan pada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya bahwa ia memiliki "kemampuan".

Mari kita ambil contoh yang paling mudah, Lydia dalam serial "Layangan Putus" atau Nadezhda dalam film "Aruna dan Lidahnya". Dalam salah satu scene ceritanya, baik Lydia maupun Nadezhda sama-sama menginginkan adanya "tantangan" dalam setiap hubungan asmara yang mereka jalin. 

Pada beberapa kasus, wanita dengan sindrom fortunata merasa sangat tersiksa. Secara mental mereka merasa sangat merasa terbeban. 

Lha sudah tahu si laki-laki adalah suami orang lalu mengapa nekat melanjutkan hubungan? Mengapa tidak memilih yang single aja sih? 

Ilustrasi: hubungan yang semakin merenggang karena perselingkuhan | via preachitteachit.org 
Ilustrasi: hubungan yang semakin merenggang karena perselingkuhan | via preachitteachit.org 

Sekali lagi saya di sini tidak akan berusaha menjatuhkan justifikasi apapun pada wanita dengan sindrom fortunata. Saya hanya ingin mencoba menguraikan fenomena yang sejak zaman purba masih saja menjadi penyakit sosial. 

Selain karena rendahnya self esteem yang dalam dirinya, wanita dengan sindrom fortunata ini mempunyai kecenderungan membawa luka di masa lalu. 

Adanya pengabaian sang Ayah pada saat proses pengasuhan, membuat seorang anak terluka. Nah, salah satunya, bagi beberapa anak, pengabaian sosok Ayah ini akan membuat mereka berpikir bahwa ibu adalah saingan bagi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun