Yeay...saya suka, saya sukaaa...akhirnya bisa nongol lagi nih di Khey. Kangen ngombreng lagi. Situ kagen tulisan saya ga? (hissshh boro-boro kangen, kenal saya ajha engga, salah sendiri saya hibernasi kelamaan.....haduh, patah hati nih, saya).
Eh, ada yang belum pernah patah hati? Waw, kalo belum pernah patah hati, congrats, mantul be'eng dirimu, sobs. (hmm mantul gimana? baru jadi gebetan  udah keburu diraih temen, hiks hikss. Pengikut Partai Jomlo Sejuta Oemat, mari renggangkan rahang dan teriakkan, "Kita Jomlo Harapan Bangsa!!").
Ngomongin soal patah hati, nyerempet dikit ke topil si Mimin soal ghosting. Fenomena yang bagi ghoster (pelaku ghosting) dianggap sebagai suatu peristiwa yang alami. Hampir semua orang mengalami. (lhah dipikirnya semua mau dighosting? ketemu hantu? hedew, seyem).
Kay, mari siapkan perkakas, yuks kita goreng ghosting. Cek dhuunk.... GHOSTING, gengz.
Alasan Individu Melakukan Ghosting
Ilmu kanuragan evaporating (read: ghosting) atawa tetiba menghilang ini memang hanya dimiliki oleh mereka yang berjiwa hantu.
Banyak alasan yang sering dipakai para pelaku ghosting. Secara umum ghoster melakukan aksinya karena ia tidak ingin serius menjalani hubungan (kalo ga serius ngapain dijabanin siii, ngab?).
Krisis percaya diri dalam menjalin hubungan pun akhirnya menjadi alasan yang diambil para pelaku ghosting. Merasa diri kurang pantas bagi pasangannya, tanpa ba bi bu na ni nu, lantas menghilang begitu saja (yha mungkin dia lagi berburu self esteem kali, yak?).
Atau tidak mempunyai alasan tepat untuk menjalin sebuah komitmen (ayolah, bisa jadi si ghoster sedang menjalin komitmen baru dengan orang lain lagi. Pantes aja dibilang hantu!!).
Eh, ada yang lebih parah lagi bilang gini nih, gengz, "lha aku sama dia bukan sedang pacaran. Dia kan cuma gebetan. Kami ketemu juga cuman sekali. Trus apa salahnya kalau aku ngilang?" (mmm, buseeet, tega bener nih bakwan kukus. Emang dia pikir lagi beromansa ama tutup panci yang engga punya perasaan dan emosi, gitu?).
Dalam sebuah studi yang tertuang pada Journal of Social and Personal Relationships bahkan dikatakan bahwa salah satu alasan mengapa seseorang melakukan ghosting adalah menyoal "takdir" (hhh?? takdir? ).
Ghoster melakukan aksi menghilangnya karena menurutnya ada hal yang lebih penting, yang harus dilakukan demi masa depannya dibandingkan dengan terus melanjutkan hubungan yang sedang terjalin. Well prety wierd, aneh, tapi nyata.