Selamat datang keping-keping jenar, hinggapilah sore yang menyambut malam.
Di perempatan jalan seorang gembel duduk merindu sekeping receh, mengemas sejumput harapan yang ditiriskan semenjak pagi menjelma
Angin meniup daun kering untuknya, menutupkan harinya dengan rimbunan rasa kagum pada sirine mobil jenazah mewahmilik pejabat atau kaumnya yang sederajat, ratakan muka jalanan
Lampu perempatan menyala, menyela aroma suksesi para pekerja, menyulam lelah antara penikmat arteri kota dan besaran jangkauan lari para pemburu keringat
Matahari berlelah, tidurlah .... Tenang, tenangkanlah batinmu, wahai surya yang menua, meski di angkasa bulan tak lagi kentara, atau bintang tak mau bersua, tidur....tidurlah.... Masih ada genit sinar lampu listrik yang baru saja merona
Sang gembel melangkah pergi, bangga mengayuh sepeda tua yang dibelinya siang tadi, dari seorang buruh yang anaknya rindu bersekolah lagi
Maka purnalah sore hari....
*Solo .....leyeh-leyeh; bercengkrama mengolah rasa