Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Be Part of Me [Part 3: End]

18 November 2019   13:35 Diperbarui: 18 November 2019   13:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Aku berharap, jalanan makin panjang, namun kami tetap harus berhenti di depan cafe.

Chocolate signature hangat kesukaan Reni sengaja kubuatkan sendiri untuknya. Sedang Long Black Coffee selalu jadi pilihanku. 

"Gimana, Ren. Nih proposal yang kemaren kamu ributin," kusesap sedikit kopi pilihanku yang kini semeja dengan coklat hangat Reni.

Reni terdiam saat itu. Sepertinya ada sesuatu yang membawanya pergi dari ruangan ini. Aku biarkan dia diam. Sementara kunikmati seluruh wajah cantiknya. Jemari Reni memegang cup coklat hangatnya. Sedang matanya kosong menatap cup berlabel Intuisi Cafe.

Lagu Fix You milik Coldplay mengalir lembut menghiasi ruangan cafe yang malam itu kebetulan belum banyak pengunjung. Sinar lampu yang temaram membuat wajah gadis di hadapanku semakin terlihat manis. Kutelan ludahku, aku tercekat saat kulihat sebutir air mata menetes dari mata indahnya.

Tidak, Ren. Aku tak akan membiarkan air mata itu turut hadir dan melenyapkan tawamu....tidak...

"Ren,"suara serak hampir tak terdengar keluar dari mulutku. Kuusap air mata yang mengalir deras di pipinya.

Kuraih cup coklat dari tangannya, kugenggam jemari Reni, seakan ingin kupindahkan seluruh energiku padanya. Pada jiwa yang saat ini terlihat rapuh di hadapanku. Pada jiwa yang selama ini menghampiriku dengan senyumnya dalam tiap harap dan lelahku.

"Dim...apa aku boleh meminjam bahumu sebentar?"ditengah isaknya, tubuh kecil itu akhirnya masuk dalam pelukanku.

Aku terdiam, jantungku mulai berdetak tak beraturan. Kucium harum wangi rambut Reni. Sungguh sempurna. Namun lebih dari itu, aku merasakan sesak yang membuncah dalam diri Reni. Tubuh kecil ini berguncang pelan. Aku tak mengerti mengapa ia menangis sehebat itu.

Perlahan ia lepaskan pelukanku. "Maafkan aku, Dim. Kau tahu, selama ini, aku menunggu kedatangan Alex. Dia pergi, saat kami belum menyelesaikan semua perdebatan kami. Dan tiba-tiba dia datang,....dan..."sejenak Reni berhenti bercerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun