TEMANGGUNG, 29 April 2025 - Dalam rangkaian kegiatan Bakti Akademik PGSD 2025, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang (UNNES) melaksanakan edukasi kesehatan reproduksi dan kebersihan pribadi di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Al Khoir Muntung, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung. Kegiatan ini bertujuan menanamkan kesadaran anak-anak sejak usia dini mengenai pentingnya menjaga tubuh, mengenali privasi diri, serta memahami kebersihan sebagai bagian dari perlindungan diri.
Kolaborasi dalam kegiatan ini dilakukan bersama Nasyiatul Aisyiyah (NA), organisasi otonom Muhammadiyah yang aktif dalam pemberdayaan perempuan muda serta penyuluhan kesehatan anak dan remaja. Pendekatan yang digunakan menitikberatkan pada edukasi berbasis agama Islam, agar nilai-nilai yang disampaikan lebih mudah diterima dalam konteks keagamaan dan sosial masyarakat setempat.
Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa UNNES membagikan leaflet edukatif berjudul PASHMINA Junior, yang merupakan bagian dari program Pelayanan Remaja Sehat Milik Nasyiatul Aisyiyah (PASHMINA). Leaflet ini secara khusus dirancang untuk anak-anak usia dini dan orang tua mereka sebagai panduan pendidikan seks yang sederhana, kontekstual, dan sesuai perkembangan usia. Materi yang disampaikan dalam leaflet meliputi pengenalan bagian tubuh yang termasuk area pribadi, cara menjaga kebersihan tubuh harian, langkah-langkah menghadapi situasi ketika seseorang menyentuh tubuh tanpa izin, serta penegasan bahwa setiap anak memiliki hak atas tubuhnya sendiri.
Untuk menyampaikan materi secara efektif, mahasiswa menerapkan metode pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Permainan tradisional dimodifikasi agar memuat unsur edukasi. Melalui permainan Ular Naga, anak-anak membentuk barisan dan menyanyikan lagu sambil berjalan beriringan. Saat lagu berhenti, anak yang berada di posisi tertentu akan diajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi, seperti "Bagian tubuh mana yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain tanpa izin?". Cara ini tidak hanya mengasah daya ingat, tetapi juga menguji pemahaman mereka terhadap pesan yang telah disampaikan sebelumnya melalui leaflet.
Sementara itu, permainan Domikado dimulai dengan menyanyikan lagu sambil menepukkan tangan ke teman sebelah kiri, secara berantai, apabila lagu berhenti, anak yang 'tertangkap' akan menjawab pertanyaan seperti "Mengapa menjaga kebersihan tubuh itu penting?" atau "Apa arti kata 'privasi tubuh' dan bagaimana cara menjaganya?". Suasana permainan yang riang membuat anak-anak lebih antusias dan tidak canggung saat membahas topik yang biasanya dianggap tabu.
Tidak sampai di situ, mahasiswa juga mengadakan sesi demonstrasi untuk memperkuat pemahaman anak terhadap perlindungan diri. Dalam salah satu simulasi, seorang anak diminta berdiri di depan untuk menjawab pertanyaan seperti, "Apa yang harus kamu lakukan jika ada orang yang menyentuh area pribadi tanpa izin?". Anak-anak lainnya diajak menyimak dan merespons, sehingga tercipta dialog dua arah yang membangun kepercayaan diri dan keberanian untuk mengatakan tidak terhadap tindakan yang tidak pantas. Anak-anak juga diajarkan untuk segera melapor kepada orang dewasa yang mereka percayai, seperti orang tua, guru, atau ustazah di TPQ.
Kerja sama dengan Nasyiatul Aisyiyah menjadi salah satu pendukung arah pedagogis dalam kegiatan ini. Sebagai organisasi yang telah lama bergiat dalam kegiatan keagamaan dan keperempuanan, NA turut memberikan wawasan religius tentang pentingnya menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah SWT. Perwakilan NA menyampaikan bahwa pendidikan seks bukanlah sesuatu yang vulgar, melainkan bagian dari usaha melindungi anak dan menciptakan generasi yang sehat secara jasmani, mental, dan spiritual.
Menurut mahasiswa pelaksana kegiatan, pendekatan yang menyenangkan dan komunikatif dapat mengikis anggapan bahwa pendidikan seks hanya pantas diajarkan pada orang dewasa. Sebaliknya, mereka menekankan bahwa pemahaman sejak dini, bila disampaikan dengan tepat, justru menjadi benteng pertama dalam mencegah kekerasan seksual dan pelecehan pada anak-anak.
Respon positif datang dari pengurus TPQ, wali santri, hingga anak-anak peserta kegiatan. Banyak orang tua yang mengaku terbantu untuk mengenalkan konsep privasi dan kebersihan tubuh kepada anak. Dengan keberhasilan kegiatan ini, mahasiswa UNNES berharap program serupa dapat menjadi inspirasi kegiatan di lingkungan TPQ dan madrasah lainnya, sehingga literasi seksualitas anak menjadi bagian dari pembelajaran yang inklusif dan berbasis nilai. Pendidikan seksual dini yang tepat merupakan investasi jangka panjang dalam membentuk generasi yang sadar, sehat, dan berdaya dalam menjaga hak tubuh mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI