Mohon tunggu...
Diah AyuPraharani
Diah AyuPraharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Helikopter Parenting dan Dampaknya pada Anak

25 Januari 2023   18:15 Diperbarui: 25 Januari 2023   18:23 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengaruh negatif dari pola asuh helikopter parenting yang diterima oleh anak diantaranya anak menjadi tidak mandiri, tidak mampu dalam mengambil keputusan dan tidak memiliki kepercayaan diri. 

Selain itu, orang tua yang terlalu ikut campur secara berlebihan memungkinkan terjadinya ketergantungan pada anak yang akan menghambat perkembangan kemampuan anak dalam hal pemecahan masalah anak secara mandiri. Dalam pola asuh ini orang tua mengarahkan anak kearah yang benar menurutnya dan selalu membantu anak-anak mereka untuk menggapai prestasi-prestasi sebagai penunjang karir mereka di masa depan. 

Meskipun dalam hal ini anak tidak menyukai sikap orang tua mereka anak-anak cenderung mengalah, menghindar, memendam, dan melakukan hal-hal yang anak-anak lakukan secara diam-diam. Hal ini sejalan dengan adanya paham Konfusianisme dimana anak disuruh mengesampingkan emosi mereka dan selalu bertindak sesuai kehendak orang tua. 

Hal ini yang menjadi faktor bagi anak untuk melakukan suatu tindakan secara diam-diam dan terbiasa berbohong kepada kedua orang tuanya agar hasrat atau keinginan menjadi terwujud. Bahkan hal ini juga dapat berdampak negatif dan terus berlanjut bahkan ketika anak mencapai usia akhir remaja dimana anak yang seharusnya sudah dapat mengatur kehidupannya sendiri dan akan mempersiapkan dirinya untuk dapat menjaga anak orang lain dalam ranah pernikahan namun karena pola asuh ini anak cenderung tidak dapat lepas dari kedua orang tua. 

Sebagai orang tua seharusnya kita lebih menghindari hal-hal yang dapat merugikan anak kedepannya. Meskipun orang tua melakukan suatu tindakan demi kebahagiaan anak tersebut kedepannya namun disisi lain orang tua tidak boleh mengesampingkan pendapat dan perasaan sang anak. Setiap anak pasti mengharapkan dirinya untuk dapat mengeksplorasi apapun yang ada disekitarnya, mengemukakan pendapat dan perasaan yang anak miliki. 

Oleh karena itu orang tua harus mendukung dan menghargai anak, dan mengakui kemampuan anak sekecil apapun. Karena dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak sekecil apapun, akan memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih berinovasi dan berkreasi dan memberikan kesempatan bagi anak untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua. 

Dengan menerapkan pola asuh orang tua secara tidak langsung mendidik dan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab pada anak. Karena dengan memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, anak akan mampu mengembangkan bakat yang dimilikinya dengan baik. Terkadang orang tua dapat bersikap tegas terhadap anak dan menerapkan reward and punishment namun orang tua juga harus menjelaskan dimana letak kesalahan anak tanpa merusak psikologis anak tersebut. 

Syamaun, 2012 (dalam Fadhilah dkk, 2019) mengemukakan bahwa "ciri tipe pola asuh yang baik adalah menerima, responsif, terbuka terhadap anak, dan mengajarkan kepada anak untuk meningkatkan disiplin, jujur dan ikhlas dalam diri anak agar dapat menghadapi berbagai masalah yang akan ditemuinya, memberikan penghargaan positif atas hal baik yang anak lakukan dan mengajarkan tanggung jawab. Hal ini dilakukan agar anak dapat bersikap adil, tidak cepat menyalahkan orang lain, memiliki kasih sayang dan mudah memaafkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, helikopter parenting ini merupakan salah satu pola asuh yang dilakukan orang tua agar anaknya dapat terlindungi dan mengalami kesuksesan tanpa kendala di masa depan anak tersebut. 

Nmun alih-alih dapat membahagiakan anaknya pola asuh ini justru dapat berdampak buruk terhadap perkembangan yang akan anak alami seperti menurunkan rasa percaya diri anak dan kemandiriannya, menyebabkan anak tidak dapat memahami dirinya sendiri, seperti dalam hal pengambilan keputusan dan masih banyak dampak lainnya. Oleh karena itu sebagai orang tua hendaknya lebih memahami perasaan sang anak agar nantinya anak dapat memahami perilakunya juga. 

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun