Mohon tunggu...
Dhiya UlHaqqi
Dhiya UlHaqqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Ngobrol

Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Journalism Vs Sensasionalism

23 Juli 2023   20:58 Diperbarui: 23 Juli 2023   21:00 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh brotiN biswaS

Prinsip keadilan mengharuskan jurnalis untuk memperlakukan subyek berita dengan menghormati dan berintegritas. Ini mencakup memberikan kesempatan bagi subyek berita untuk memberikan pandangan mereka dan memberikan respek terhadap privasi mereka, terutama dalam situasi yang sensitif atau berpotensi merugikan. Jurnalisme yang beretika harus mencegah stigmatisasi dan berusaha untuk melibatkan semua pihak yang relevan secara adil dalam liputan berita.

4. Transparansi dan Akuntabilitas

Jurnalisme yang bertanggung jawab harus transparan dalam proses pengumpulan dan penyajian berita. Jurnalis diharapkan untuk menjelaskan sumber informasi mereka dan menghindari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi integritas liputan. Jika terjadi kesalahan atau kesalahan dalam berita, prinsip akuntabilitas mengharuskan media untuk mengakui dan memperbaikinya dengan cepat dan terbuka.

5. Independensi dari Pengaruh Eksternal

Prinsip independensi dalam jurnalisme menuntut agar para jurnalis tetap bebas dari pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi atau membatasi penyajian berita yang obyektif. Hal ini mencakup menghindari ketergantungan pada sponsor atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus dalam pemberitaan, sehingga jurnalisme tetap dapat beroperasi secara independen dan dapat dipercaya.

Bagaimana jurnalisme yang bertanggung jawab membantu melindungi pembaca dari manipulasi informasi yang berpotensi merugikan?


Dalam dunia informasi yang kompleks dan canggih saat ini, manipulasi informasi menjadi ancaman serius bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi yang akurat dan obyektif. Jurnalisme yang bertanggung jawab memainkan peran krusial dalam melindungi pembaca dari manipulasi informasi yang berpotensi merugikan. Jurnalisme yang bertanggung jawab berkomitmen untuk melakukan verifikasi dan validasi informasi sebelum menyajikannya kepada pembaca. Sebelum merilis berita, jurnalis harus melakukan penyelidikan mendalam dan mengonfirmasi fakta dari sumber yang terpercaya dan diverifikasi. Dengan cara ini, jurnalisme memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah benar dan dapat dipercaya, menghindarkan pembaca dari paparan berita palsu atau manipulatif. Jurnalisme yang bertanggung jawab memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran disinformasi. Dengan menyajikan berita yang akurat dan berimbang, media membantu menghentikan berita palsu dan informasi yang menyesatkan untuk menjadi viral dan menyebar dengan cepat di platform media sosial dan internet. Penekanan pada kebenaran dan ketepatan informasi membantu menciptakan filter alami untuk mencegah penyebaran disinformasi di masyarakat.
Jurnalisme yang bertanggung jawab menghindari sensationalism dan fokus pada fakta. Dalam situasi di mana berita sensasional dapat menarik perhatian lebih banyak pembaca, media yang bertanggung jawab berusaha untuk tidak mengorbankan integritas dan kebenaran demi menarik perhatian. Lebih penting lagi, fokus pada fakta membantu melindungi pembaca dari manipulasi informasi yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap suatu isu. Jurnalisme yang bertanggung jawab tidak hanya memberikan berita secara permukaan, tetapi juga menggali latar belakang dan sumber informasi secara mendalam. Ini membantu mengidentifikasi motif dan kepentingan di balik suatu berita atau laporan. Dengan memahami konteks dan latar belakang suatu informasi, pembaca dapat memiliki wawasan lebih baik tentang bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi pandangan mereka.
Melalui pemberitaan yang berkualitas dan bertanggung jawab, jurnalisme dapat membantu membangun kesadaran media pada masyarakat. Pembaca diajarkan untuk menjadi lebih kritis dalam mengevaluasi sumber informasi, memeriksa kebenaran berita sebelum menyebarkannya, dan melaporkan disinformasi jika ditemui. Dengan meningkatkan kesadaran media, masyarakat dapat lebih mampu melindungi diri mereka sendiri dari manipulasi informasi.
Bagaimana Berita Yang Sensasional Seringkali Melebih-Lebihkan Atau Memanipulasi Fakta Untuk Menarik Perhatian Pembaca?
Sensationalism adalah praktik dalam jurnalisme di mana berita disajikan dengan cara yang menarik perhatian secara dramatis atau emosional untuk meningkatkan daya tarik dan jumlah pembaca atau pemirsa. Dalam upaya untuk mencari perhatian lebih, berita yang sensasional seringkali melebih-lebihkan atau bahkan memanipulasi fakta. Sensationalism seringkali dimulai dari penggunaan headline atau judul berita yang provokatif. Headline tersebut dirancang untuk menarik perhatian pembaca dan memicu rasa ingin tahu agar mereka membaca selengkapnya. Meskipun headline tersebut tidak selalu salah, kadang-kadang informasi yang lebih lengkap dan akurat disembunyikan di dalam berita, sehingga pembaca hanya mendapatkan sebagian dari cerita yang sebenarnya.
Berita yang sensasional juga sering menggunakan gambar atau video yang provokatif untuk menarik perhatian pembaca. Gambar atau video yang dramatis, kontroversial, atau emosional dapat mempengaruhi reaksi emosi pembaca dan membuat mereka lebih tertarik untuk membaca atau menonton berita tersebut. Sensationalism seringkali melibatkan overdramatisasi cerita untuk memicu emosi pembaca. Berita bisa saja menyampaikan peristiwa kecil atau biasa-biasa saja dengan cara yang berlebihan sehingga terkesan lebih dramatis daripada kenyataannya. Eksploitasi emosi pembaca ini bertujuan untuk membuat mereka lebih terlibat secara emosional dan membagikan berita tersebut kepada orang lain. Beberapa berita sensasional menggunakan pengutipan dari sumber yang tidak terpercaya atau tidak diverifikasi secara akurat. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi palsu atau informasi yang tidak tepat, yang pada gilirannya dapat merugikan pembaca yang mengandalkan berita tersebut sebagai sumber informasi yang sahih. Berita yang sensasional cenderung mengabaikan fakta yang berlawanan atau konteks yang lebih luas dari suatu peristiwa atau isu. Dengan fokus pada satu sisi cerita yang dramatis, berita ini seringkali mengabaikan informasi yang mungkin dapat menyampaikan pandangan yang lebih seimbang dan obyektif.
Di era informasi digital, kehadiran "journalistic predator" menjadi ancaman serius bagi integritas jurnalisme dan kebenaran informasi. "Journalistic predator" adalah individu atau kelompok yang dengan sengaja menyebarkan informasi palsu, manipulatif, atau menyesatkan melalui media, baik itu platform media sosial, situs berita palsu, atau saluran berita lainnya. Tujuan mereka bisa beragam, mulai dari menciptakan kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap media hingga mencapai agenda politik atau pribadi tertentu. "Journalistic predator" seringkali menyebarkan berita palsu atau disinformasi yang tidak berdasarkan pada fakta atau sumber yang terpercaya. Mereka dapat membuat berita palsu dari awal atau mengambil berita dari sumber yang tidak terverifikasi, lalu menyebarkannya secara luas untuk menciptakan kebingungan dan mengacaukan persepsi publik.
Untuk menarik perhatian pembaca, "journalistic predator" sering menggunakan teknik clickbait dan sensationalism dalam judul atau gambar berita. Mereka mungkin menyajikan berita dengan cara yang berlebihan, kontroversial, atau emosional untuk menarik klik dan memperbanyak penyebaran berita palsu mereka.
Salah satu ciri khas dari "journalistic predator" adalah ketidaktransparanannya dalam menyajikan sumber informasi atau verifikasi fakta. Mereka mungkin tidak memberikan sumber yang dapat diverifikasi atau menggunakan sumber yang tidak memiliki kredibilitas untuk mendukung klaim mereka.
"Journalistic predator" sering memiliki tujuan tertentu dalam menyebarkan informasi palsu mereka. Mereka dapat menciptakan narasi berpihak yang mendukung pandangan atau agenda tertentu, dengan mengabaikan atau meremehkan fakta-fakta yang tidak sesuai dengan narasi mereka. "Journalistic predator" dapat dengan sengaja memanipulasi citra atau identitas mereka untuk menyamar sebagai sumber yang tepercaya atau mengandung otoritas. Mereka mungkin menggunakan nama palsu atau akun palsu di media sosial untuk menyebarkan disinformasi tanpa terdeteksi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun