HUBUNGAN PSIKOLINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Siti Rodhiyah
Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
E-mail : srodhiyah648@gmail.com
Abstrak
Hubungan psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa. Melalui psikologi kita dapat mempelajari tentang bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam memperoleh dan mempelajari bahasa sedangkan melalui linguistik kita dapat mempelajari tentang konsep dan struktur bahasa.  Dalam konteks pendidikan, Psikolinguistik merupakan bidang yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Melalui psikolinguistik, bahasa yang digunakan perlu terstruktur dan memiliki unsur tata bahasa yang baik. Pembelajaran bahasa dilakukan secara formal dalam suasana formal pula, misalnya pembelajaran bahasa di dalam kelas. Tidaklah penting belajar di mana saja, sekalipun tidak di dalam kelas, selama proses pembelajaran diarahkan pada penguasaan kaidah kebahasaan  secara  disadari baik oleh pendidik maupun peserta didik, maka proses itu disebut pembelajaran.Â
Dalam proses pembelajaran formal dan nonformal, proses psikolinguistik bekerja untuk memperoleh pengetahuan bahasa melalui sebuah pembelajaran. Sehingga interdisipliner ini dapat mengarahkan pendidik untuk memahami proses-proses yang terjadi pada diri setiap peserta didik yang dihadapi ketika mereka berusaha mencoba memahami dan memberikan pemahaman terhadap materi dalam pembelajaran bahasa yang disajikan di kelas.
Kata kunci : Psikolinguistik, Pembelajaran Bahasa
Abstract
Psycholinguistic relations in language learning. Through psychology we can learn about how students' attitudes and behavior in acquiring and learning language while through linguistics we can learn about the concepts and structure of language. In the context of education, Psycholinguistics is a very important field in language learning. Through psycholinguistics, the language used needs to be structured and have elements of good grammar. Language learning is carried out formally in a formal atmosphere as well, for example language learning in the classroom. It is not important to study anywhere, even if not in the classroom, as long as the learning process is directed at mastering language rules that are realized by both educators and students, then the process is called learning. In the process of formal and non-formal learning, the psycholinguistic process works to acquire language knowledge through learning. So that this interdisciplinarity can direct educators to understand the processes that occur in each student when they try to understand and provide an understanding of the material in language learning presented in class.
Keywords: Psycholinguistics, Language Learning
PENDAHULUAN
Psikolinguistik merupakan integrasi yang terdiri dari dua disiplin ilmu; yaitu psikologi dan linguistik. Psikologi adalah studi tentang pikiran dan perilaku; linguistik adalah studi tentang bahasa. Jadi, secara umum psikolinguistik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pikiran dan bahasa. Ini berkaitan dengan hubungan antara pikiran manusia dan bahasa saat memeriksa proses yang terjadi di otak dan saat memproduksi serta memahami bahasa. Psikolinguistik mencakup tiga hal utama; produksi bahasa, persepsi bahasa, dan pemerolehan bahasa. Produksi bahasa mengacu pada proses yang terlibat dalam penciptaan dan pengungkapan makna melalui bahasa. Persepsi bahasa mengacu pada proses yang terlibat dalam menafsirkan dan memahami bahasa tertulis dan lisan. Akuisisi bahasa mengacu pada proses memperoleh bahasa asli atau kedua bahasa. . Teori ini sangat berguna dalam bidang pengajaran bahasa. Beberapa ahli menggunakannya sebagai teori dasar dalam mengembangkan metode pengajaran bahasa. Ini dikenal sebagai pendekatan psikolinguistik. Pendekatan ini memandang bahasa dan pikiran sebagai fenomena yang berhubungan tetapi sepenuhnya independen. Belajar dipandang sebagai proses kognitif individu yang terjadi dalam diri individu kemudian bergerak ke dalam dimensi sosial. Psikolinguistik sebagai ilmu yang mempelajari psikologi bahasa diwujudkan dalam pengajaran bahasa. Itu membantu untuk mempelajari faktor-faktor psikologis yang mungkin terlibat dalam pembelajaran bahasa. Psikolinguistik berfokus pada penerapan bahasa dan komunikasi yang sebenarnya. Itu perlu untuk membuat keputusan dalam menerapkan berbagai metode yang memungkinkan siswa dengan mudah memahami suatu bahasa.
Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah manusia yang kompleks, kegiatan berbahasa tidak hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya kegiatan berbahasa juga berkaitan dengan proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi interdisipliner antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik. Pembahasan pemerolehan bahasa erat kaitannya dengan bagaimana manusia dapat mempersepsi dan kemudian memahami pembicaraan orang lain. Pembelajaran sendiri adalah sebuah sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen yang saling mendukung. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan. Demikian pula dalam pembelajaran bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponen-komponen tersebut harus diperhatikan. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, tidak hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa saja yang harus diperhatikan, siswa sebagai subjek didik juga harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana jenis dan sumber data penelitian ini berasal dari buku literature, jurnal dan artikel yang berhubungan dengan judul penelitian.
PEMBAHASAN
Suwarno (2002:18) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha disadari untuk menguasai kaidah- kaidah kebahasaan (about the language or language usage), languge learning is knowing about language, or formal knowledge of a language.
Pembelajaran bahasa dilakukan secara formal dalam suasana formal pula, misalnya pembelajaran bahasa di dalam kelas. Namun demikian pembelajaran bahasa secara formal tidak harus dilakukan di tempat yang dibatasi ruang, atau tidak harus dilakukan di kelas. Kegiatan belajar dimanapun selama proses belajar diarahkan pada penguasaa kaidah kebahasaan secara disadari, maka proses itu disebut pembelajaran. Nah dalam proses belajar secara  formal dan nonformal proses psikolinguistik bekerja untuk memperoleh bahasa melalui pembelajaran tersebut.
Dalam hal ini, kita dapat melihat hubungan antara psikolinguistik dan pembelajaran bahasa, antara lain:
- menuju penguasaan bahasa yang baik.
- Pembelajaran bahasa dan psikolinguistik bertujuan agar manusia dapat menggunakan bahasa dengan baik, baik dalam ucapan maupun tulisan. Dan dalam mempelajari suatu bahasa memang membutuhkan aturan-aturan yang perlu diikuti.
- Mengetahui kesalahan berbahasa.
- Kurang percaya diri dalam berbahasa dan kesulitan mengucapkan bahasa, ada kaitannya dengan masalah psikomotorik. Dengan psikolinguistik, kesalahan dalam pembelajaran bahasa dapat diketahui.
- menjelaskan proses pemerolehan bahasa kedua (B2)
- Pembelajaran bahasa yang membentuk proses pemerolehan bahasa kedua disebut sebagai pemerolehan bahasa kedua (B2). Ada ahli yang menyebutnya sebagai pembelajaran bahasa (language learning) dan ada yang menyebutnya pemerolehan bahasa (language acquisition) Â kedua. Dan pembelajaran bahasa kedua dapat dikuasai dengan pembelajaran secara formal.
- Menguasai kaidah bahasa.
- Pembelajaran bahasa adalah upaya yang bertujuan untuk menguasai kaidah bahasa atau penggunaannya, mengetahui tentang bahasa atau mengetahui pembelajaran bahasa itu sendiri secara mendalam. Dan pembelajaran bahasa ini tidak hanya bersifat formal, bahkan bisa terjadi sebaliknya.
- Mengetahui kemampuan berbahasa secara kognitif.
- Selain menguasai kaidah bahasa secara psikolinguistik , seseorang dapat dipersiapkan secara kognitif seperti berkomunikasi dengan lancar. Kemampuan kognitif lainnya dapat dilihat dengan kemampuan menguasai kaidah bahasa itu sendiri secara efektif dengan menampilkan keterampilan berbahasa dengan tenang dan percaya diri.
- Mengenal manusia sebagai pengguna bahasa.
- Dalam aspek ini disebut sebagai bagian dari bentuk pemerolehan bahasa. Kita dapat mengidentifikasi sistem bahasa yang terdapat pada manusia dan bagaimana manusia menerjemahkan gagasannya menggunakan bahasa tulisan atau lisan.
- Bahasa sebagai alat komunikasi.
- Hubungan antara psikolinguistik dan pemerolehan bahasa merupakan suatu keharusan dalam berkomunikasi. Ia menunjukkan ekspresi melalui bahasa yang telah dipelajari atau diperoleh sejak kecil. Kita juga bisa melihat bagaimana perasaan dan bahasa digabungkan dalam komunikasi.
Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dan dipelajari dalam linguistik, itu tidak hanya memfasilitasi bahasa individu, tetapi juga terkait dengan penyediaan aspek kognitif, afektif (ketenangan, percaya diri dalam berbahasa) serta aspek psikomotorik (menghafal dan kemampuan memilih bahasa yang baik dan benar).
Tujuan umum pembelajaran bahasa adalah agar peserta didik mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan, yang diasuh oleh pendidik yang memahami psikolinguistik secara komprehensif. Sehingga siswa dapat berbicara dengan baik dan benar melalui pengetahuan dan kaidah bahasa yang diajarkan oleh guru. Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Agar dapat menggunakan bahasa dengan lancar dan komunikatif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasanya, tetapi juga perlu kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu menghilangkan rasa cemas, ragu, gelisah, dan sebagainya), serta psikomotorik (lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelas betapa pentingnya peran Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa. Seperti ungkapan orang tua dahulu bahwa "Guru (pendidik) adalah orang tua di sekolah bagi siswa (peserta didik) yang tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga perlu memahami kondisi mental setiap siswa yang diasuhnya. Sebab, dengan memahami psikologi anak, belajar akan diarahkan pada pusat cita-cita yang diinginkan, yaitu terciptanya peradaban bangsa.
Menurut Lightbown dan Spada (2006:58-74) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa.
- Intelijen Istilah 'kecerdasan' secara tradisional telah digunakan untuk merujuk pada kinerja pada jenis tertentu dari tes. Tes-tes ini sering dikaitkan dengan keberhasilan di sekolah, dan hubungan antara kecerdasan dan pembelajaran bahasa kedua kadang-kadang telah dilaporkan.
- Bakat
- Kemampuan khusus yang diperkirakan untuk memprediksi keberhasilan dalam pembelajaran bahasa telah dipelajari di bawah ini judul pembelajaran bahasa 'bakat'. Penelitian telah mencirikan bakat dalam hal: kemampuan untuk belajar dengan cepat. Dengan demikian, kita dapat berhipotesis bahwa seorang pelajar dengan bakat tinggi dapat belajar dengan kemudahan dan kecepatan yang lebih besar, tetapi para pembelajar lain itu mungkin juga berhasil jika mereka tekun.
- Gaya belajar
- Istilah 'gaya belajar' telah digunakan untuk menggambarkan sifat alami, kebiasaan, dan cara yang disukai untuk menyerap, memproses, dan menyimpan informasi dan keterampilan baru. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak dapat mempelajari sesuatu sampai mereka melihatnya. Pembelajar seperti itu akan jatuh ke dalam kelompok yang disebut pelajar 'visual'. Orang lain, yang mungkin disebut pembelajar 'aural', tampaknya belajar terbaik 'dengan telinga'. Bagi yang lain, disebut sebagai pembelajar 'kinestetik', tindakan fisik seperti meniru atau role-play tampaknya membantu proses belajar. Ini disebut sebagai pembelajaran berbasis persepsi
- Kepribadian
- Sejumlah karakteristik kepribadian telah diusulkan sebagai kemungkinan untuk mempengaruhi kedua pembelajaran bahasa. Sering dikatakan bahwa orang yang ekstrovert sangat cocok dengan Bahasa sedang belajar. Aspek lain dari kepribadian yang telah dipelajari adalah penghambatan. Telah disarankan penghambatan itu menghambat pengambilan risiko, yang diperlukan untuk kemajuan dalam pembelajaran bahasa. Selanjutnya, kecemasan peserta didik-perasaan khawatir, gugup, dan stres yang banyak dialami peserta didik pengalaman ketika belajar bahasa kedua- telah diselidiki secara ekstensif. Penelitian terbaru menyelidiki kecemasan pelajar di kelas bahasa kedua mengakui bahwa kecemasan lebih cenderung dinamis dan tergantung pada situasi dan keadaan tertentu. Beberapa yang lain karakteristik kepribadian seperti harga diri, empati, dominasi, banyak bicara, dan responsif juga telah dipelajari. Namun, tidak mudah untuk mendemonstrasikan secara empiris pengaruh kepribadian dalam belajar bahasa.
- Motivasi (Intrinsik)
- Motivasi telah didefinisikan dalam dua faktor: kebutuhan komunikatif pelajar dan sikap mereka terhadap bahasa kedua. Jika pelajar perlu berbicara bahasa kedua dalam Bahasa berbagai situasi sosial atau untuk memenuhi ambisi profesional, mereka akan merasakan nilai komunikatif bahasa kedua dan karena itu akan termotivasi untuk memperolehnya kecakapan di dalamnya. Demikian pula, jika pembelajar memiliki sikap yang baik terhadap penutur bahasa tersebut, mereka akan berhasrat lebih untuk mempelajarinya.
- Motivasi (Ekstrinsik)
- Guru juga berpengaruh terhadap perilaku dan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa. Guru adalah salah satu alasan siswa untuk mempelajari bahasa kedua atau memiliki sikap yang baik. menuju pembelajaran bahasa. Guru dapat memberikan kontribusi positif terhadap motivasi siswa untuk mengetahui apakah ruang kelas adalah tempat yang disukai siswa karena kontennya menarik dan relevan dengan usia dan tingkat kemampuan mereka, tujuan pembelajarannya menantang namun dapat dikelola dan jelas, dan suasananya mendukung.
- Budaya dan Status
- Ada beberapa bukti bahwa siswa dalam situasi di mana budaya mereka sendiri memiliki nilai yang lebih rendah status daripada budaya di mana mereka belajar bahasa membuat kemajuan lebih lambat. Faktor sosial pada tingkat yang lebih umum dapat mempengaruhi motivasi, sikap, dan pembelajaran Bahasa kesuksesan. Salah satu faktor tersebut adalah dinamika sosial atau hubungan kekuasaan antar bahasa.
- Usia
- Pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh usia si pembelajar. Anak-anak, yang sudah memiliki keterampilan keaksaraan yang solid dalam bahasa mereka sendiri, tampaknya berada dalam posisi terbaik untuk memperoleh yang baru bahasa secara efisien. Termotivasi, pelajar yang lebih tua juga bisa sangat sukses, tetapi biasanya kesulitan untuk mencapai pengucapan dan intonasi yang setara dengan penutur asli. Penelitian menemukan bahwa usia membedakan anak-anak dan orang dewasa dalam belajar bahasa kedua dalam aspek-aspek tertentu seperti: fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting karena dengan memahami psikolinguistik seorang guru memahami proses-proses yang terjadi pada siswa ketika siswa mendengarkan, berbicara, membaca, atau menulis sehingga ketika kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, garu dapat melihat dari sisi sudut pandang psikologis sebagai alternative solusinya.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa sangat erat hubungan nya dengan psikolinguistik. Karena tujuan umum pembelajaran bahasa adalah agar peserta didik mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan, yang diasuh oleh pendidik yang memahami psikolinguistik secara komprehensif. Sehingga siswa dapat berbicara dengan baik dan benar melalui pengetahuan dan kaidah bahasa yang diajarkan oleh guru. Kaidah-kaidah bahasa tersebut dipelajari dalam ilmu linguistik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa yaitu, Intelijen Istilah 'kecerdasan' secara tradisional telah digunakan untuk merujuk pada kinerja pada jenis tertentu dari tes, bakat, gaya belajar, kepribadian, motivasi (intrinsik), motivasi (ekstrinsik), budaya dan status, serta usia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI