Di Banjarnegara, Toko Buku adalah Tempat untuk Membeli Alat Tulis

Sejak tinggal di Banjarnegara dari tahun 2019 (sebelum covid-19) hingga kini, saya masih belum menemukan toko buku sekelas Gramedia atau Togamas di kota yang terkenal dengan Dawet Ayu-nya, hal ini tentu saja menjadikan atmosfer literasi di kota ini tampak gersang.

Lalu saya mencoba iseng menuliskan kata kunci "toko buku banjarnegara" di google maps, dan hasilnya adalah, muncul toko buku yang menjual aneka alat tulis kantor dan kitab-kitab termasuk buku iqra', jangan harap menemukan buku sastra ataupun buku pengantar filsafat di sini, mungkin bukan berarti susah mencari buku, tapi ngapain juga mencari buku sastra di kota ini.

Dulu sekitar tahun 2011-an, saya pernah menemukan toko buku di Banjarnegara, tepatnya ritel yang menyediakan stand buku, tetapi bangunan tersebut kini sudah berganti menjadi kafe live music.

Banjarnegara bisa dibilang merupakan Kota Penghubung, bukan kota industry ataupun kota pelajar, kota ini menghubungkan antara Wonosobo dengan Purbalingga, Banyumas dan Purwokerto, perjalanan dari Semarang ke Purwokerto juga bisa dipastikan melewati kota Banjarnegara. Meski dianggap sebagai kota penghubung, bukan berarti kota ini tidak menawarkan spot yang asyik untuk membaca buku secara outdoor.

Meski demikian, Banjarnegara bukanlah kota kecil yang bisa dipandang sebelah mata, tercatat terdapat 5 Institusi perguruan tinggi di kota Gilar-Gilar ini, meski demikian, agak sulit juga menemukan crowd mahasiswa yang berkumpul di luar kampus, karena banyak di antara mahasiswa yang juga bekerja di luar jam kuliah.

Lantas bagaimana caranya untuk mengisi asupan nutrisi literasi, tentu saja selain berkunjung ke Perpustakaan milik pemerintah, salah satu cara untuk berbelanja buku secara offline adalah dengan mengunjungi pameran buku yang biasanya diadakan setahun sekali (kadang bisa lebih) di halaman Kantor ARPUSDA.

Di pameran buku tersebut, bisa ditemukan aneka buku, mulai dari sastra, novel, buku anak, buku dakwah, atlas dan alat permainan edukatif. Pameran buku di Banjarnegara tentu saja sangat bermanfaat, mengingat sulitnya akses masyarakat Banjarnegara untuk bisa merasakan vibes parfum Gramedia.

Pada pameran tersebut, banyak sekali buku yang diskonnya gila-gilaan, buku dengan harga asli Rp. 48.000 bisa dibeli hanya dengan Rp. 20.000 saja, hal ini tentu saja amatlah membuat pencinta buku kegirangan ketika menemukan buku bacaan yang cocok namun harganya ramah di kantong.

Diva Press dan Basa Basi adalah dua penerbit yang kerap mengisi pameran buku tersebut, meski terkadang adapula buku dari Kompas Gramedia yang terpajang di dekat kasir dengan harga yang membuat saya membuat analisis ekonomi.

Meski demikian, buku yang didiskon tersebut terkadang bukan buku baru, bisa jadi buku yang sudah lama tapi kondisinya masih bagus, karena untuk buku keluaran baru, biasanya harga masih relative mahal untuk kaum mendang-mending seperti saya.

Besar harapan saya agar di kota ini setidaknya ada toko buku yang menjadikan buku bacaan sebagai core business-nya. Sehingga masyarakat di Banjarnegara tidak perlu pergi ke luar kota untuk sekadar membeli buku atau merasakan atmosfer toko buku dengan aroma parfum yang bikin candu seperti Gramedia.