Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yang Tenaga Medis Rasakan ketika Rumah Sakit Dianggap Ladang Bisnis Selama Pandemi

5 Juli 2020   14:36 Diperbarui: 6 Juli 2020   10:53 2098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan rumah sakit dan klinik swasta berlomba-lomba membuat video promosi untuk diunggah di youtube, harapannya agar nama rumah sakit menjadi terkenal. Hal ini tentu saja sudah menjadi bagian dari strategi promosi bisnis di sektor layanan kesehatan.

Namun jika sudah berbicara tentang bisnis, maka tenaga kesehatan bisa jadi akan berada dalam posisi low manajer. Karena tenaga medis tidak berhak menetapkan tarif pelayanan kepada pasien. Sehingga mahalnya fasilitas kesehatan seperti Rapid Test dan PCR tentu diluar kewenangan tenaga kesehatan.

Hal yang cukup menyesakkan adalah ketika masyarakat wabil khusus warganet yang menganggap bahwa selama pandemi covid-19 tenaga kesehatan semakin panen duit. Mereka juga menganggap rumah sakit panen cuan dengan menambah fasilitas seperti Rapid Test, Swab Test dan SKD.

Padahal, tidak sedikit rumah sakit yang tidak mampu membayar THR karyawannya,  dari dokter spesialis hingga cleaning service. Peningkatan anggaran belanja APD dan menurunnya jumlah pasien yang berobat, tidak serta merta membuat pelayanan rapid tes, PCR dan SKD mampu menyelamatkan gonjang-ganjing keuangan rumah sakit.

Dampaknya pun sangatlah terasa, tidak sedikit karyawan di rumah sakit yang terpaksa kas bon untuk sekedar memenuhi kebutuhan lebaran.

Dokter anestesi mengalami penurunan pendapatan secara drastis karena jarang operasi, bahkan pedagang bakso dan pedagang buah di sekitar rumah sakit juga mengalami penurunan pendapatan karena selama pandemi pasien tidak boleh dibesuk.

Artinya, meski kapal kita berbeda namun kita berada dalam badai yang sama, seperti kata penulis Damian Barr "we are not all in the same boat, we are all in the same storm"

Sekali lagi, covid-19 tidak membuat rumah sakit dan tenaga kesehatan menjadi semakin kaya secara finansial. Pada awal pandemi ini dimulai, justru banyak rumah sakit yang membuka donasi Alat Pelindung Diri (APD) karena mahalnya harga masker dan sulitnya mendapatkan APD.

Satu hal, tidak ada rumah sakt yang suka dengan pandemi covid, bahkan seluruh tenaga kesehatan-pun ingin agar pandemi ini segera berakhir.

Keberadaan paket rapid tes atau swab test hanyalah fasilitas yang ditawarkan Rumah Sakit terhadap masyarakat yang benar-benar membutuhkan pemeriksaan untuk keperluan tertentu seperti memenuhi persyaratan agar bisa kembali ke perantauan.

Selama pandemi ini, tenaga kesehatan juga harus bersikap legowo ketika melihat anggota DPR menggunakan hazmat, padahal tidak sedikit tenaga kesehatan yang terpaksa menggunakan jas hujan saat bertugas karena tidak tersedianya hazmat yang memadahi di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun