Mohon tunggu...
Dhimas Kaliwattu
Dhimas Kaliwattu Mohon Tunggu... Penulis - seorang manusia

menjaga ingatan dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Purnama (1)

4 Maret 2019   17:25 Diperbarui: 29 April 2019   20:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: suhadirembang.blogspot.com

Si bocah bujang duduk mengisap manisan di daun jendela rumahnya. Jendela yang tak ber-cat warna, tak dilapisi pernis, tidak juga dilengkapi kaca. Jendela ala kadar dari kayu mahoni buatan tangan bapak. 

Bocah bujang terus duduk di sana, sambil menikmati aroma ikan bakar yang mengepul-ngepul di udara. Kebetulan malam itu ada kegiatan syukuran tetangga atas kelahiran anak pertamanya. Itulah sebab-musababnya, di balai para tetangga sedang sibuk membakar ikan dengan beberapa singkong, ubi dan jagung sebagai menu makan malam orang sekampung.

***
Di balik pintu, terdengar suara parau bapak dan beberapa petani serius bercakap-cakap. Bocah bujang tak sengaja mendengar perbincangan mereka.

"kita kan hanya bertanya, swasembada iku opo maksudnya."

"njeh, aku sing paham....tapi cara bertanyamu ituu loh....."

"mengapa cara bertanyaku? toh kita tidak menantang pak kades. Kita juga ora nentang orang jakarta itu. iyo toh."

"sudah... sudah. Semua sudah terjadi. Sing penting kita sudah membela haknya petani... haknya kita."

Suara berbisik itu terdengar lemah sekali. Bahkan lebih pelan dari suara angin. Mirip-mirip sebuah siasat rahasia, mereka seperti tak ingin ada sepotong kuping yang mendengarnya.

Kreeekk... tiba-tiba bocah bujang membuka pintu. Suasana terkagetkan. Semua orang menoleh ke arahnya. Merasa bersalah karena mengganggu obrolan para tetua, bocah itu hanya tertunduk lusuh. Tapi sebelum pintu kembali ditutup, tiba-tiba bapak bersuara.

"ndok! tolong ambilkan rokok bapak."

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, bocah bujang itu ke dalam kamar mengambil rokok bapak yang sudah tinggal setengah bungkus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun