Mohon tunggu...
Dheyanita Prasada
Dheyanita Prasada Mohon Tunggu... Lainnya - Selamat Membaca :)

Sedang menempuh pendidikan jenjang S1 di Program Studi Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Tanpa Juara, Tanpa Piala. Iya, Aku Menang

4 Juni 2020   14:30 Diperbarui: 4 Juni 2020   14:31 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Silahkan ambil secangkir teh hangat dan biskuit untuk menemanimu membaca tulisan ini. Aku akan menunggu mu mengambilnya sebelum bercerita. Ah, tapi membaca tulisan ini tanpa ditemani apa pun juga tidak apa. Aku kan sekarang sudah menemanimu. Oh ya, semoga kamu yang sedang membaca tulisan ini sedang dalam keadaan Bahagia dan Bersyukur. Kenapa Bahagia? Kenapa Bersyukur? Biarkan aku menceritakan hubungan antara Bahagia dan Bersyukur dengan tulisan ini. 

Kita tidak perlu merasa kaku antara satu sama lain ya, anggap saja aku teman mu walaupun kamu baru mengenalku melalui deretan kata ini. Sebelumnya aku ingin bertanya, Apakah kamu pernah gagal dalam menjalankan sesuatu? Apakah kamu pernah mencoba berkali-kali tetapi tidak pernah berhasil? Apakah kamu pernah mengikuti suatu kompetisi atau perlombaan? Apakah kamu pernah merasa bahwa sekeras apa pun kamu mencoba, hasilnya tidak pernah berubah? Jika di antara seluruh pertanyaan yang aku ajukan kamu menjawab "pernah" entah itu pada satu pertanyaan atau mungkin semuanya, berarti kita pernah berada di titik yang sama. 

Aku juga pernah ada di posisi itu. Sejak SD hingga saat ini tengah duduk di bangku kuliah, aku cukup sering mengikuti beberapa perlombaan dan menjadi bagian dalam satu kegiatan. Berkali-kali mengikuti lomba dan berkali-kali pula aku berada di posisi yang sering kali orang-orang kataka "kalah". Definisi "Kalah" yang pada saat itu dituju tentunya mengarah pada "tidak menang", "tidak mendapat juara", "tidak mendapat piala", dan berbagai impretasi lain yang ada dipikiran tiap-tiap orang. 

Tapi sejak SD aku selalu punya prinsip bahwa sebenarnya aku tidak kalah, bahkan hingga saat ini prinsip itu masih tertanam di kepalaku. Bagi aku, ketika kita sudah mau mencoba, ketika kita sudah menambah pengalaman, dan ketika sudah menemukan hal yang mampu dipelajari dari pengalaman itu, kita sudah menang. 

"Ah, menang dari mana? Tidak dapat juara, tidak dapat piala, memangnya bisa dikatakan menang?" 

Hehe, menurut aku jawabannya Bisa. Definisi menang menurut aku, mungkin tidak akan sama dengan definisi menang menurut orang lain atau mungkin juga tidak sama menurut kamu yang sedang membaca ini. Karena selain berani mencoba, menambah pengalaman, dan belajar dari pengalaman, ada satu hal yang bisa membuat aku semakin percaya bahwa aku menang. Perasaan Bahagia. Aku selalu bahagia ketika mengikuti berbagai perlombaan, bertemu dengan orang-orang baru dengan latar belakang dan cerita yang berbeda. Kebanyakan orang menilai bahwa piala dan pelabelan juara adalah hal yang paling utama ketika mengikuti suatu perlombaan. Iya, aku tentu mengakui bahwa memang itu penting untuk prestasi dan prestise tapi jangan jadikan piala dan label juara itu sebagai beban. 

Jika kamu bertanya apakah aku pernah menang dengan label juara dan piala, jawabannya: aku pernah. Menyenangkan? Tentu itu menyenangkan. Bahagia? Tentu aku bahagia. Bersyukur? Tentu aku sangat bersyukur. Apakah skala rasa bahagia dan syukur yang kurasakan saat menang dengan label juara plus piala berbeda dibanding tanpa label juara dan piala? Tidak. Izinkan aku bercerita sedikit saja tentang pengalaman pribadiku. 

Aku pernah mengikuti suatu Lomba Cerdas Tangkas Kesejarahan ketika aku duduk di bangku SMA. Aku selalu mengikuti perlombaan itu di kelas 10, 11, dan 12. Pressure yang paling aku hadapi ketika aku berada di kelas 12 karena aku yang paling 'senior' dalam tim ku yang terdiri atas tiga orang termasuk aku. Karena pada saat itu aku kelas 12 aku merasa bahwa aku memiliki tanggung jawab yang cukup besar karena aku sudah melewati materi-materi di kelas 10 dan 11. Jujur, dibandingkan berdoa "semoga kami juara", doa yang selalu ku ucapkan dalam hati adalah, "semoga semuanya berjalan lancar, semoga aku tidak mengecewakan guru pembina ku". Pada hari H perlombaan hal yang terus ku lakukan hanyalah berdoa dan menjawab sebaik-baiknya. Hingga beberapa babak terlewati dan kami keluar sebagai juara III. 

Lalu, jika kamu bertanya-tanya terkait pengalamanku mengikuti perlombaan tapi tidak mendapat piala dan label juara, itu sudah seriiiinngg sekali aku lalui. Piagam peserta lebih banyak tersimpan dibanding Piagam juara. "Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk" itu adalah kutipan dari Tan Malaka yang pernah diucapkan oleh kakak tingkat ku di perkuliahan ketika kami sedang mengikuti lomba. Kita harus dibenturkan berkali-kali sebelum akhirnya terbentuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semua butuh proses dan proses memerlukan waktu. Mie Instan yang katanya Instan saja membutuhkan waktu kurang lebih 3 menit, kan? Sebungkus Mie Instan pun berproses. 

Dengarkan aku, ah bukan-bukan, kamu tidak akan bisa mendengar tulisan ini. Baca pesan ku ini baik-baik. Kamu sudah berjuang dari awal hingga sampai di titik ini. Jangan menyerah, jangan biarkan penilaian negatif orang-orang di luar sana menyebabkan kamu berhenti hanya pada titik ini atau bahkan hingga berputar arah. Tidak semua orang bisa ada di posisi kamu saat ini, tidak semua orang mau berusaha seperti kamu, tidak semua orang memiliki kesempatan seperti kamu, maka bersyukurlah dengan semua pengalaman yang telah kamu dapatkan. Pengalaman itu akan membantu kamu berproses dan membangun diri ke depannya. 

Oh iya, selagi aku ingat, Jangan lupa istirahat, ya. Istirahat ketika kamu sudah jenuh dengan segala jenis perlombaan dan kegiatan yang kamu ikuti. Nikmati waktu juga untuk dirimu sendiri. Membaca, berselancar di social media, menghabiskan waktu dengan keluarga, makan makanan yang kamu suka, dan melakukan aktivitas apa pun yang kamu suka untuk melepas jenuh. Saat jenuh mu sudah hilang, kembali lah mengasah kemampuan mu dengan berbagai lomba atau kegiatan yang ingin kamu ikuti. Berusaha memberikan yang terbaik. Jangan pula jadikan ambisi mu sebagai pedang bermata dua. Memiliki ambisi untuk menang dengan label juara dan piala memang bagus, tetapi ambisi yang berlebihan pun bisa menyiksa mu dan mungkin orang-orang yang terlibat di sekitarmu. Terkadang, manusia kecewa karena ambisi dan ekspektasi nya tidak sejalan dengan realita yang dihadirkan semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun