Mohon tunggu...
D. Henry Basuki
D. Henry Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kerinduan akan bersatunya seluruh lapisan masyarakat dalam suasana damai menjadikan tekun dalam Interfaith Comitte Kota Semarang (IFC), Hati Nurani Interfaith Forum (Hanif), Paguyuban Manusia Ranah Semesta (PAMARTA), Forum Keadilan dan Hak Azasi Umat Beragama (Forkhagama) serta Bhinneka Swa Budaya Nusantara (BSBN) Kiprah sebagai Pandita Agama Buddha dalam MAGABUDHI (Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia) bukan melulu melaksanakan pembinaan agama Buddha di pedesaan Jawa Tengah, namun berusaha mengembangkan serta memelihara budaya lokal maupun budaya nasional Indonesia yang pluralis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemampuan Diri

1 November 2015   00:04 Diperbarui: 1 November 2015   22:22 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammă Sambuddhassa (3x)

“ Tatrăbhiratimiccheyya – Hitvă kăme akincano
Pariyodapeyya attănam – Cittakleshi pandito”

Tidak melekat pada apapun juga, meninggalkan kenikmatan indriya,
tidak memiliki apapun juga.
Orang bijaksana membersihkan dirinya sendiri dari segala
kekotoran batin
                                                                 (Dhammapada 6:13 = 88)

Dalam keadaan terpuruk, kemampuan diri kita meredup (kalau tidak dikatakan lenyap). Apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan harapan, apa yang kita tekadi tidak terwujud, apa yang kita harapkan tidak terjadi.
Sebagai siswa Sang Buddha, kita hendaknya memahami realitas. Realitas bahwa kita tidak mendapatkan sesuatu yang bukan merupakan buah dari masa lalu. Dengan demikian, apa gunanya kita mengharapkan atau memohon uluran tangan pihak lain ?

Kita hendaknya yakin, bahwa dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik akan terbebas dari keterpurukan ini. Kita punya kemampuan diri. Kita cari kemampuan diri yang merupakan potensi setiap manusia, dengan pikiran yang jernih kita pelajari penyebab keterpurukan yang kita alami.
Setiap orang punya potensi yang buruk dan baik. Potensi buruk mungkin merupakan bakat karena hidup ini merupakan dukkha disebabkan adanya tanha. Tanha bersifat buruk karena merupakan kilesa bagi kita. Kita sangat terikat akan lobha, dosa dan moha.
Itulah penyakit batin yang dibiarkan oleh diri kita sendiri untuk “menderita”, “menderita” kegiuran yang dinikmati. Yang namanya penyakit, kalau tidak disembuhkan akan menjalar dan merusak diri kita.

Itu merupakan potensi buruk pada batin yang mempengaruhi jasmani kita. Karena tidak langsung “diderita” oleh jasmani, banyak orang membiarkan.
Setelah tercapai “pencerahan”, maka kita akan menyadari dan punya keinginan (baik) untuk menyembuhkan :penyakit batin: Inilah potensi baik yang kita miliki. Ini adalah kemampuan diri kita untuk membuat kita baik.
Pencerahan dicapai karena kejernihan batin, kejernihan pikiran sehingga timbul pengetahuan tentang kehidupan, tentang Panca Niyama.
Melaksanakan Dana, Sila dan Bhavana merupakan tindakan untuk membangkitkan potensi baik, menumbuhkan “Kemampuan Diri” yang baik mengarungi “samudra kehidupan” yang penuh dengan “gelombang dahsyat”

Kekuatan pikiran yang dilatih melalui bhavana secara rutin akan mendorong aditthana (tekad) memfungsikan potensi kemampuan diri yang baik. Potensi yang akan menyingkirkan kita dari ketidak tenangan, tidak sehat maupun tidak sejahtera.
Kekhawatiran berpotensi menimbulkan kegelisahan atau ketidak tenangan. Kejadian buruk yang belum terjadi dikhawatirkan bakal terjadi. Kekhawatiran adalah “teror” batin kita, “teror” yang dimunculkan oleh diri kita sendiri. Tidak sehat terjadi karena kekhawatirran ini. Hidup tidak tenang bisa menjadikan susah tidur, bisa menyebabkan kejengkelan, kemarahan maupun ketidak puasan. Dengan memiliki keadaan buruk demikian maka mencari nafkah juga terganggu, sehingga jauh dari kesejahteraan.

Ketenangan terwujud karena semua kilesa sudah dibuang jauh, “diletakkan” sehingga tidak menimbulkan “action”. Dengan demikian seluruh jaringan tubuh akan berjalan selaras sehingga kesehatan jasmani terwujud. Keadaan menyenangkan ini akan mendorong kita mencari nafkah dengan baik. Pendapatan yang diperoleh disesuaikan dengan keinginan sehingga kita tidak terlibat hutang yang “mengerikan”.
Dengan kekuatan keyakinan pada Sang Triratna, kita bertekad melaksanakan sila sebaik mungkin, melaksanakan bhawana secara teratur dan mengulurkan dana pada “ladang yang subur”
Sabbe satta bhavantu sukhitattă.
Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

ringkasan dhammadesana di Vihara Tanah Putih Semarang
1 November 2015

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun