Sederhana saja ....
Jika kita sudah menerjemahkan rasa ke dalam cengkeraman angan, maka berkoalisilah dengan dialek siang dan malam untuk memungkasi setiap kata yang dianggap tak bersajak oleh keduniaan.
Pahit bukanlah dekorasi yang ingin memperdua manusia. Kita hanya perlu mengaransemen ulang setiap untaian hitam yang meronda ke dalam plano putih, agar nazar yang sudah membesi tetap membumi dengan konformitas warna.
Terik yang mengalum setelah resistensinya teraba oleh azan magrib, pun ketiadaannya mencelupkan referat kotor dari industri keraguan. Saling membedaki, menghampirkan, dan merestorasi lampion mimpi yang nyaris berawan.
Tetaplah menjadi kalimat yang kulestarikan di dalam doa, kendati perwujudannya belum terteguk oleh indra penglihat.
Sukabumi, 23 Februari 2020